Meningkatnya bisnis di Timur Tengah dan Afrika Utara membuat lembaga kredit ekspor SACE meminati keuangan syariah.

SACE pun berencana untuk menjalin kerja sama bisnis dengan Iran. Pada April lalu, SACE menyatakan akan memberi jaminan pembiayaan sebesar 4 miliar euro kepada Cassa Depositi e Prestiti untuk ditawarkan kepada perusahaan minyak dan gas, serta infrastruktur transportasi di Iran.
Head of SACE Regional Office Dubai Marco Ferioli mengungkapkan, pihaknya telah berdiskusi dengan bank internasional yang memiliki unit syariah untuk melihat bagaimana transaksi di SACE dapat sesuai dengan prinsip syariah. “Kami mempelajari akad syariah yang umum untuk investasi pembiayaan dan ekspor, agar dapat mengubah standar penjaminan dan menyesuaikannya dengan prinsip syariah,” ujarnya.
Salah satu struktur keuangan konvensional di SACE adalah skema supplier credit, dimana SACE akan menjamin risiko eksportir terkait penangguhan pembayaran dari jangka pendek menjadi jangka panjang. “Tampaknya hanya butuh beberapa perubahan agar skema supplier credit konvensional sesuai dengan prinsip syariah,” cetus Ferioli.
Struktur konvensional lainnya di SACE adalah skema buyer credit, dimana SACE menjamin risiko pinjaman yang diperpanjang oleh bank kepada pembeli asing. Ferioli menuturkan, kini pihaknya sedang mempelajari bila skema tersebut dapat diganti dengan komoditi murabahah dan istishna. “Produk konvensional akan tetap menjadi bisnis utama kami. Namun, pembiayaan syariah terus tumbuh dan permintaannya terus meningkat dari konsumen kami di beberapa negara seperti Arab Saudi, Qatar, Turki dan Iran,” tukasnya.
Pada tahun lalu SACE menjamin transaksi senilai 46,4 miliar dolar AS, naik 11,6 persen dari tahun sebelumnya. Wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara menyumbang sebesar 14 persen dan menjadi kontributor terbesar di luar Italia. Setidaknya seperempat industri perbankan di enam negara kawasan Teluk adalah bank syariah.

