Tren dunia seni lukis belakangan ini berkembang pesat. Tak hanya dari bahan cat air, tapi sudah beragam variasi mulai dari kulit pelepah pisang, bulu binatang, pasir dan banyak lagi lainnya. Semua itu tak mengurangi nilai keindahan dari seni itu sendiri.
Di Pasuruan misalnya, Nur Amila menawarkan lukisan baru yang tak kalah uniknya, yakni lukisan sulam. Prosesnya, objek yang akan disulam digambar lebih dulu sebagai pola dasarnya, kemudian Nur Amila baru menyulam berdasarkan coretan lukisan tersebut.
“Untuk gambar, yang membuat bukan saya karena saya tidak bisa menggambar. Saya serahkan ke orang lain. Saya hanya menentukan objeknya. Setelah digambar, barulah saya yang menyulam objek lukisan tersebut,” papar wanita berjilbab ini ketika ditemui mysharing di sela-sela Pameran Pusat Pelatihan Kewirausahaan (PPK) Sampoerna Expo 2014 di Tunjungan Plaza, Surabaya, Minggu (21/9).
Nur Amila memang masuk dalam salah satu binaan produser rokok papan atas itu sejak 2012 silam. Lewat pelatihan yang dia ikuti dari Sampoerna akhirnya dia semakin mahir dengan kegiatan sulam menyulam.
Dengan keterampilannya itu, UKM miliknya yakni Khasanah Collection tidak langsung memproduksi lukisan sulam. Melainkan produk-produk hiasan sulam yang banyak dijumpai di pasaran, seperti mukena, tas, dompet, tempat tisu, taplak meja dan sebagainya. Namun, ketika mengikuti pelatihan dari Sampoerna lagi, dia diberi tantangan untuk bisa melukis dari sulaman.
“Kala itu yang mengikuti pelatihan 13 orang. Dari jumlah itu diambil empat orang yang karyanya terbaik. Dan ternyata dari empat orang itu, milik saya yang paling baik. Kemudian produk saya dibawa ke Jakarta untuk diikutkan dalam pameran. Di pameran itu, lukisan saya langsung dibeli salah seorang pengunjung,” ucap wanita yang akrab dipanggil Nur ini dengan bangga.
Usaha Kelompok
Dalam menjalankan UKM yang berlokasi di Pasuruan ini, Nur tak sendiri. Dia bersama tiga orang lainnya mengelola usaha kerajinan tersebut. Masing-masing anggota memiliki kemampuan sulam yang sama. Namun, dalam keorganisasian kelompok Nur Amila mendapat mandat dari anggota yang lain untuk mengemban tugas sebagai Ketua Kelompok.
Sejak lama dia sudah tertarik pada bidang kerajinan sulam ini. Itu sebabnya ketika ada tawaran pelatihan untuk mengasah keterampilannya, wanita kelahiran 9 September 1969 ini tak menyia-nyiakan kesempatan yang datang. Dari pelatihan tersebut ia belajar berbagai teknik sulam dan rajut, hiasan dinding sulam, lukisan sulam, dan sebagainya.
“Awalnya, Khasanah hanya membuat satu produk saja, kini berkembang menjadi enam produk,” ungkapnya.
Ia dan anggota kelompok yang lain memberi inovasi pada produknya dengan menambah modifikasi baik dari segi bentuk maupun warna sehingga lebih menarik dan mengikuti tren. Ide tersebut bisa datang dari mana saja. “Bisa dari internet, saat mengikuti pameran seperti ini, atau ketika jalan-jalan ke tempat yang banyak memajang hasil kerajinan sulam,” paparnya.
Lukisan Sulam
Khusus untuk lukisan sulam hanya dia yang membuatnya. Untuk membuat kerajinan yang satu ini memang dibutuhkan kesabaran luar biasa. Maklum saja, meski tidak ikut membuat pola gambarnya, tingkat kesulitan saat menyulam gambar yang ada cukup tinggi.
“Saya harus pandai-pandai mengharmoniskan paduan warna benang yang satu dengan yang lain sehingga tidak saling bertabrakan. Selain itu, warna-warna yang ditampilkan pun harus bernuansa cerah, karena itu mudah menarik perhatian orang yang melihatnya,” jelas Nur.
Berapa lama proses pembuatannya? Nur memaparkan dengan tingkat kerumitan yang tinggi dia mampu menyelesaikan lukisan dengan ukuran 10 R dalam waktu satu hari. “Tapi dengan catatan, mulai dari pagi hingga malam tidak ada aktivitas lain yang dikerjakan selain menyelesaikan gambar itu,” katanya menandaskan.
Tapi karena selain membuat barang kerajinan sulam dia juga menjadi pengajar di Taman Pendidikan Al Quran (TPQ) yang tak jauh dari rumahnya, maka untuk satu lukisan tersebut dia membutuhkan waktu selama dua minggu untuk menyelesaikannya.
Meski proses pembuatannya butuh kesabaran luar biasa, boleh dikatakan harga lukisan sulam tersebut tidak mahal. Bayangkan saja, dengan ukuran 10 R, lukisan tersebut hanya dibandrol Rp 350 ribu itu pun sudah termasuk piguranya.
“Bagi saya, yang terpenting barang tersebut cepat laku. Sehingga ada uang masuk yang bisa dipakai untuk produksi lagi. Saya khan usaha kecil. Kalau menjual dengan harga mahal tapi nggak laku-laku malah produksinya macet,” ujarnya memberi alasan.
Ada juga konsumen yang ingin memberi pigura sendiri sehingga mereka hanya membeli lembaran lukisannya saja. “Kalau sudah seperti itu harganya saya potong lagi sebesar nilai pigura yang sudah saya beli,” kata Nur lagi.
Walaupun lukisan sulamnya cepat laku, Nur Amila dapat dikatakan tak terlalu produktif untuk membuat lukisan-lukisan yang lain. Maklum saja, keberadaan UKM nya di kota kecil seperti Pasuran menjadi salah satu kendalanya.
“Untuk mendapatkan benang sulam yang berkualitas bagus saya harus ke Surabaya lebih dulu, harganya sekitar Rp 7.500 per bal, sementara untuk kualitas biasa kisaran Rp 1.250,” ucap ibu dua anak ini.
Kendala
Untuk mengembangkan usaha kelompoknya ini tidak mudah. Selain dia dan anggota yang lain punya pekerjaan, ia juga menghadapi kendala dari segi pemasaran, standar kualitas produk hingga keuangan. Itulah sebabnya setiap kali ada pelatihan yang bisa berdampak positif pada pengembangan usahanya, dia berusaha aktif untuk menjadi peserta.
“Selain menambah wawasan, saya bisa termotivasi untuk mengelola usaha dengan baik. Selain itu saya juga mendapat inovasi dan tren-tren baru yang terkait dengan kerajinan sulam yang tentunya sangat berguna saat membuat produk-produk baru,” tuturnya.
Dia berharap, seiring dengan usaha yang terus dikembangkan bersama tiga temannya yang lain Nur ingin mewujudkan impiannya selama ini. Apa itu ? “Saya ingin punya galeri sendiri,” ungkapnya.
Semangat pantang menyerah di tengah berbagai kendala yang dihadapi, Insya Allah akan menjadi modal tersendiri bagi Khasanah Collection untuk maju. Semoga!


