Pembicara dalam acara Sharia Economic Outlook 2014, di BEI, 13 Desember 2013. (kiri - kanan) Direktur Bank Jabar Syariah, A. Riawan Amin, Ketua MES, Aviliani, Ketua OJK, Muliaman D. Hadad, Direktur BEI Friderica Widyasari Dewi, dan Sekretaris Jenderal MES, Muhammad Syakir Sula. HERU LESMANA SYAFEI/ SHARING

Membangun Bank Syariah yang Universal

Industri keuangan syariah harus mampu membuka akses terutama bagi masyarakat bawah. Hal ini membuat perluasan jaringan lembaga keuangan syariah semakin diperlukan, sehingga bisa memberikan layanan keuangan sampai ke pelosok.

Pembicara dalam acara Sharia Economic Outlook 2014, di BEI, 13 Desember 2013. (kiri - kanan) Direktur Bank Jabar Syariah, A. Riawan Amin, Ketua MES, Aviliani, Ketua OJK, Muliaman D. Hadad, Direktur BEI Friderica Widyasari Dewi, dan Sekretaris Jenderal MES, Muhammad Syakir Sula. HERU LESMANA SYAFEI/ SHARING
Pembicara dalam acara Sharia Economic Outlook 2014, di BEI, 13 Desember 2013. (kiri – kanan) Direktur Bank Jabar Syariah, A. Riawan Amin, Ketua MES, Aviliani, Ketua OJK, Muliaman D. Hadad, Direktur BEI Friderica Widyasari Dewi, dan Sekretaris Jenderal MES, Muhammad Syakir Sula.
HERU LESMANA SYAFEI/ SHARING

Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Muliaman D Hadad menuturkan belakangan ini pembukaan akses keuangan ke segala lapisan masyarakat semakin diminati. Banyak bank membuat produk untuk keperluan itu. “Saya ingin lembaga keuangan syariah tidak ketinggalan membangun kapasitasnya dan inklusif dengan strategi jelas. Tahun 2014 kalau tetap mempertahankan dengan bisnis seperti biasanya maka dapat ketinggalan, karena itu perlu dipikirkan suatu produk baru agar akses ke bawah bisa dibuka seluas-luasnya,” papar Muliaman. Lembaga keuangan mikro syariah yang concern terhadap usaha mikro pun menjadi salah satu sumber pembiayaan yang berada di garis paling depan, sehingga harus diperkuat agar terjadi kemudahan akses kepada masyarakat terhadap pelayanan keuangan syariah.

Di lain pihak, tambah Muliaman, selain memberikan layanan keuangan syariah kepada masyarakat kelas menengah bawah, industri keuangan syariah juga harus dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat menengah yang kini tengah berkembang pesat di Indonesia seiring meningkatnya pendapatan per kapita.  Masyarakat kelas menengah ini biasanya tinggal di kota besar, dan memerlukan layanan yang semakin canggih. Ke depannya Muliaman pun mengharapkan dapat melihat peran pembiayaan syariah yang lebih fundamental, misalnya dalam pembiayaan infrastruktur yang dibiayai dengan skema keuangan syariah. “Jadi kalau dibawah kuat mengakar, ditengah punya layanan, dan di atas memberi kontribusi besar bagi perekonomian nasional,” cetus Muliaman.

Di sisi lain, Muliaman menuturkan yang masih menjadi pekerjaan rumah di sektor keuangan adalah terus mendorong lembaga keuangan syariah untuk melakukan prinsip kehati-hatian. Industri keuangan syariah punya kemampuan untuk mengelola risiko lebih baik dari tahun sebelumnya, namun rasio pembiayaan terhadap dana bank syariah yang tinggi tetap harus menjadi perhatian. “Pertumbuhan di 2013 bank syariah tetap bisa berkembang di tengah dinamika, tetapi persaingan likuiditas mulai terasa karena itu kemampuan mitigasi risiko menjadi penting,” kata Muliaman.

Direktur Utama bank bjb syariah, A Riawan Amin, mengatakan ada tiga alasan masyarakat dalam memilih sebuah bank, yaitu kualitas, pricing dan kehadiran jaringan bank. Jaringan perbankan syariah terbatas dengan hanya di kisaran 2000 outlet, sedangkan perbankan nasional sudah mencapai 30 ribu outlet. Untuk mengatasi jaringan bank syariah yang terbatas, maka dapat menggunakan perluasan office channeling dengan model leveraging perbankan konvensional. Namun, menurut Riawan, hal tersebut kembali berpulang pada dukungan bank induk yang memiliki unit usaha syariah atau anak usaha berupa bank syariah. “Ambisi saya saat tahun 2014 ke 2015 dual banking jalan, tidak ada cabang bank konvensional yang tidak menawarkan produk keuangan syariah,” kata anggota Dewan Pembina MES ini.