Setiap orang memiliki jalan kehidupannya masing-masing. Saya dan Anda punya jalan yang berbeda-beda. Namun bisa saja jalan kehidupan kita pernah bersinggungan di masa lalu atau bahkan kembali bertemu di masa mendatang.

Musisi muslim asal Amerika Serikat, Raef, pun merangkum perjalanan hidupnya dalam sebuah album bertajuk The Path dan berharap karyanya dapat menjadi soundtrack dari perjalanan hidup para penikmat musik. Lahir dan dibesarkan di Amerika tak membuat Raef kesulitan berbaur dengan masyarakat sekitar, kendati keluarganya berasal dari Mesir. Malah, menurutnya, masyarakat Amerika sangat menerima budaya lain dan para imigran. Lalu, sulitkah mengekspresikan pemikirannya melalui lagu religi Islam di Amerika?
“Di Amerika ada dahaga akan jenis musik yang membawa pesan positif, karena banyak lagu di radio sekarang ini yang tidak family-friendly dan membawa pesan yang baik. Saya bahkan pernah diundang ke gereja untuk menyanyikan lagu “Tala’al Badru”. Ada kebutuhan terhadap lagu-lagu positif tak hanya di Amerika, tapi di seluruh dunia,” papar Raef.
Raef pun tampak bersemangat ketika membahas albumnya The Path. Album yang terdiri dari 12 lagu itu merupakan sebuah refleksi perjalanan hidup Raef yang dituangkan melalui musik. “Harapannya orang yang mendengarkan akan merasa terhubung dengan pesan dalam lagu saya,” katanya.
Dalam album The Path ini Raef cukup aktif dalam menulis lagu. Proses pembuatan albumnya sendiri cukup lama. Ia harus menyortir 40-50 lagu, yang telah diciptakannya sendiri maupun bersama dengan orang lain, menjadi hanya 12 lagu untuk dimasukkan ke album.
Salah satu lagu yang patut disimak adalah lagu berjudul So Real, duet Raef dengan Maher Zein. “Kami sedang bersantai saja di studio sembari saya memainkan sebuah chord di gitar dan menulis lagu bersama. Lalu, kami merasa, ‘Hey ini lagu yang bagus. Ayo kita masukkan ke album!’. Dan jadilah lagu itu ada di album,” tutur Raef dengan sumringah. So Real adalah sebuah lagu mengenai cinta kepada Allah SWT.
Selain berkolaborasi dengan Maher Zain, Raef juga menggandeng penyanyi rap, Nano Omar dalam lagu Freedom Ain’t Free. Lalu, apakah tertarik untuk berkolaborasi dengan musisi Indonesia? “Ya, saya berharap bisa berkolaborasi dengan musisi lokal. Indonesia punya musik tradisional yang indah,” ujar pria yang rencananya akan kembali ke Indonesia di awal November 2014.
Hal lainnya yang menarik adalah Raef acapkali melakukan cover song sejumlah lagu dan mengubah liriknya. Seperti yang dilakukannya pada lagu Friday milik Rebecca Black, yang diubah menjadi It’s Jumuah (mengajak kaum muslim pria untuk menunaikan shalat Jumat). Atau, lagu I’m Yours-nya Jason Mraz menjadi (Rabbee) I’m Yours, yang berupa pengejawantahan berserah diri kepada Allah SWT.
Music is My Passion
Musik memang telah menjadi passion pria yang dibesarkan di negara bagian Maryland ini. Namun sebelum benar-benar fokus di dunia musik, Raef pun sempat menjadi seorang guru ilmu sains di sekolah menengah atas selama 8 tahun.
Kesukaannya mengajar bisa dikatakan diturunkan dari sang ibunda, yang menjadi guru mengaji. Oleh karena itu, walau sudah meninggalkan dunia mengajar, ia terkadang merindukan suasana di sekolah dimana ia berinteraksi dengan para murid.
“Saya tidak tahu akan seperti apa ke depannya, siapa yang tahu 10 tahun ke depan akan seperti apa. Saya juga tidak tahu apa akan kembali mengajar nantinya, tapi saya senang berhubungan dengan orang lain. Jika bisa mengajar di Gaza akan menjadi pengalaman yang menakjubkan,” tukas pria yang ditunjuk Dompet Dhuafa sebagai duta program 5chool for Gaza. Baca: Himpun Dana Untuk Sekolah Gaza, Dompet Dhuafa Gandeng Musisi
Ketika masih menjadi guru, ia pun manggung di kedai kopi, jalanan, atau di sekolah, hingga mengunggah beberapa videonya bermain musik di YouTube di waktu luang. Sampai akhirnya perjalanannya dalam bermusik selama lebih dari 9 tahun bersinggungan dengan Awakening Records, label musik yang mempromosikan talenta Muslim modern dari seluruh dunia.
Jika sebelumnya ia mengajar sembari menjadi musisi paruh waktu, kini ia memutuskan untuk menjadi seorang musisi sepenuhnya. “Musik adalah passion saya dan itu adalah cara terbaik untuk mengekspresikan perasaan saya,” kata Raef. Ia merasa sudah menjalani hidup sesuai dengan passion-nya. Oleh karena itu, ia turut mendorong orang lain agar menjalankan hidup sesuai dengan passion.
Berbicara mengenai inspirasi saat menulis lagu, Raef menuturkan inspirasinya adalah hal yang sederhana, yaitu para kaum muda dan kaum papa. “Saya terinspirasi oleh orang muda karena mereka selalu punya mimpi besar dan tak takut untuk mengejar mimpi. Selain itu, juga orang yang tak memiliki apa-apa tapi tetap bahagia seperti masyarakat di Gaza. Mereka nyaris tak punya apa-apa, tapi sangat bahagia dan tidak takut. Masya Allah,” jelas Raef.
Ia juga memiliki dua lagu yang turut dapat menggambarkan situasi di Gaza, yaitu Dream dan Freedom Ain’t Free. Dream mengundang pendengar untuk membayangkan dunia yang bebas dari kelaparan dan kesakitan, sedangkan Freedom Ain’t Free menceritakan bahwa kebebasan tidaklah gratis untuk semua orang. “Mereka (masyarakat Gaza) hidup di penjara terbuka. Karena itu, dua lagu ini untuk mereka,” cetus Raef.
Sementara, penyanyi yang menjadi inspirasi Raef adalah Joni Mitchell. “Dia seorang penyanyi terkenal zaman dulu, tapi saya suka gayanya menulis lagu dan menyanyi,” ujar Raef, tersipu.
Selain menulis lagu, pria kelahiran Washington DC ini juga hobi membaca literatur sejarah dan menelusuri Wikipedia. “Wikipedia is like a blessing for all people,” ujarnya. Usai mengunjungi Indonesia pada September lalu, Raef pun akan menjalani tur ke Inggris akhir Oktober ini.

