Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI, Didin Hafidhuddin.

MUI: Kiblat Negara Harus Diluruskan

[sc name="adsensepostbottom"]

Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengajak umat Islam meluruskan kiblat bangsa Indonesia yang sudah tidak searah dengan pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.

Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI, Didin Hafidhuddin.
Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI, Didin Hafidhuddin.

Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat,Didin Hafidhuddin mengatakan, MUI telah membuat semacam rembukan tentang bagaimana meluruskan kiblat bangsa Indonesia.

“Negara ini kiblat sudah mulai salah, harus dilurskan.Kiblat Indonesia itu sebenarnya pembukaan UUD 1945.  Salah satu hal yang paling penting dalam pembukaan UUD 45 adalah bahwa kemerdekaan negara ini berkat rahmat Allah SWT,” ungkap Didin.

Lebih lanjut diungkapkan Didi, para pendiri bangsa ini yang sebagian besar tokoh Islam menempatkan Ketuhanan Yang Maha Esa diatas segala-segalanya. Artinya, tegas dia, jangan lagi sekarang ini negara kita disebut sebagai neraga sekuler atau bukan negara agama. “Kita harus sepakat istilah-istilah tersebut dihilangkan saja, karena landasan tersebut memang tidak ada,” tukasnya.

Didin menegaskan, Indonesia adalah negara yang menghormati nilai-nilai agama dan mendorong umatnya untuk melaksanakan ajaran agama. Jadi, kata Didin, biar jelas negara ini, jangan kemudian semua dibolehkan di negara kita ini.

Didin mencontohkan, munculnya kaum sejenis di Indonesia yang cenderung dilindungi atas nama Hak Asasi Manusia (HAM) misalnya. Menurutnya, HAM bangsa Indonesia yang beragama itu berbeda dengan HAM barat yang tidak mengenal nilai-nilai Ketuhanan. Oleh karena itu, tegas dia,  kiblat bangsa ini harus kita luruskan, supaya jangan segala macam ada di negara ini. Yang akibatnya kita malah menjadi negara yang bingung.

Selain itu, Didin mengungkapkan, UU yang dibuat selama ini juga banyak yang salah. Bahkan UU setelah diteliti ternyata ada 105 UU yang bertentangan dengan UUD, teruatam yang berkaitan dengan penguasaan sumber daya alam (SDA). ”Jadi, kita sekarang ini menjadi tamu di ruma kita sendiri, karena SDA banyak dikuasi oleh asing,” tukasnya.