Bidik Top 100

Muliaman pun menegaskan walau roadmap dan manual GCG ini khusus ditujukan bagi emiten dan perusahaan publik, diharapkan pula hal itu dapat mendorong penerapan GCG pada perusahaan lainnya di Indonesia. “Dengan terbitnya roadmap ini diharapkan dapat menjadi penyempurnaan praktek GCG di Indonesia sehingga perusahaan-perusahaan punya kesiapan bersaing di level regional khususnya menghadapi MEA 2015, dan banyak perusahaan Indonesia masuk top 100 dalam dua tahun ke depan,” harap Muliaman. Di tahun depan OJK menargetkan perusahaan publik dan emiten di Indonesia sudah punya GCG yang baik, memenuhi best practices, dan memiliki nilai tambah dalam membangun kredibilitas dan kepercayaan diri di pasar modal Indonesia.
Muliaman menuturkan penerapan GCG yang baik di perusahaan publik dan emiten ini merupakan upaya perbaikan aspek mikro, sehingga perusahaan dapat berkembang dan sahamnya laku di pasaran “Mudah-mudahan perbaikan GCG ini menjadi salah satu alat ukur dalam melihat faktor fundamental industri keuangan Indonesia, termasuk di pasar modal. Jadi di 2015 princip GCG kita sudah standar global dan Insya Allah banyak perusahaan nasional yang akan masuk top ranking di ASEAN dalam penerapan GCG,” imbuh Muliaman.
Sementara, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Nurhaida, mengatakan melalui roadmap tersebut pihaknya ingin meningkatkan tata kelola emiten agar dapat sejajar dengan perusahaan di kawasan Asia Tenggara. “Peningkatan tata kelola ini juga untuk meningkatkan kepercayaan investor,” ujar Nurhaida. Ia melanjutkan roadmap memuat sejumlah rekomendasi dan implementasi terkait kerangka kerja tata kelola yang mendorong transparansi dan pasar yang efisien, pembagian yang jelas atas tanggung jawab otoritas dalam pengawasan dan penegakan hukum.
Ia pun mengamini bahwa latar belakang perbaikan GCG tidak bisa dilepaskan dari pengalaman bangsa Indonesia ketika mengalami krisis keuangan 1997-98 dan 2008. Berdasar studi yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) ditemukan bahwa kontributor utama dari krisis ekonomi tersebut adalah lemahnya tata kelola perusahaan. Dengan demikian, krisis Asia menjadi momentum penting yang mendorong urgensi reformasi tata kelola perusahaan di Asia, dan juga di Indonesia.
“Krisis keuangan telah menginspirasi untuk memperbaiki diri terutama tentang tata kelola perusahaan. Dengan adanya GCG yang baik diharapkan emiten dan perusahaan publik bisa tumbuh dengan baik sehingga peran pasar modal bisa meningkat,” jelas Nurhaida. Upaya perbaikan tata kelola pun tidak hanya lewat regulasi, tetapi juga implementasi dan evaluasi karena roadmap GCG bertujuan untuk memperbaiki regulasi dan tata kelola perusahaan secara komprehensif.

