Semua elemen masyarakat, tak terkecuali TKI mendapatkan program literasi keuangan dari OJK. Terlebih TKI yang selama ini selalu rentan dimanipulasi keuangannya oleh pihak lain, karena rendahnya tingkat literasi keuangan mereka.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo dan Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) Taipei, melakukan Edukasi Keuangan terhadap 250 Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dengan mengusung tema bertajuk “Perencanaan Keuangan dan Kewirausahaan Bagi TKI” di Taipei pada hari Minggu (17/5/2015) dan rencananya di Tokyo pada minggu depan (24 Mei 2015).
Rangkaian acara ini merupakan implementasi cetak biru Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI) tahun 2015, khususnya Pilar Pertama yaitu Edukasi dan Kampanye Nasional Literasi Keuangan.
Berdasarkan data dari Bank Indonesia tahun 2014, mencatat bahwa remitansi TKI yang bekerja di Taiwan sebesar USD 668.971.854 atau setara Rp 8,5 triliun. Oleh karena itu, OJK memandang perlu untuk terus mendorong peningkatan penggunaan transaksi non tunai dan perluasan akses keuangan dalam rangka penempatan dan perlindungan TKI, sehingga akan terciptanya migrasi keuangan yang baik.
Menurut Deputi Komisioner Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK – Sri Rahayu Widodo K, dengan adanya kegiatan edukasi ini diharapkan terwujudnya TKI yang “well literate” sehingga mendorong para TKI dalam mengelola penghasilan yang diterima selama bekerja di luar negeri. “Pemahaman mengenai pengelolaan keuangan dan kewirausahaan tersebut dapat menjadi bekal bagi TKI sekembalinya ke Tanah Air,” harap Sri Rahayu.
Sri Rahayu menambahkan, kegiatan edukasi tersebut bertujuan untuk memperkenalkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Lembaga Jasa Keuangan (LJK), serta produk dan jasa keuangan sesuai kebutuhan di bidang perbankan, perasuransian, lembaga pembiayaan, dana pensiun, pasar modal, dan pergadaian, seperti memanfaatkan jasa remitensi perbankan.
Saat ini, ekonomi Taiwan bergerak di bidang industri jasa konstruksi, perbankan, industri elektronik, komputer serta semikonduktor yang sudah diakui kualitasnya di pasar internasional, perkapalan, jasa penerbangan dan transportasi. Banyaknya industri di negara ini membuka lapangan pekerjaan untuk warga negara asing untuk bekerja di Taiwan, tak terkecuali TKI.
Data menunjukkan grafik jumlah penempatan Buruh Migran Indonesia (BMI) di Taiwan tahun 2010-2014 selalu bertambah dari 137.000 jiwa hingga 191.000 jiwa dan akan bertambah setiap tahunnya. Sebagian besar TKI tersebut merupakan pelaut yang mengantongi uang sebanyak 19.273 NT$, pekerja industri dengan 19.047 NT$, dan pekerja dirumah tangga sebagai caretaker (perawat usia lanjut) sebesar 15.840 NT$.
“Tingginya pendapatan yang diterima pekerja Indonesia di luar negeri masih menjadi magnet bagi para TKI. Hal tersebut menjadi problematika tersendiri berdasarkan data dari BNP2TKI bahwa besarnya penerimaan yang diperoleh TKI tidak dimanfaatkan dengan baik dan yang menjadi BMI di Taiwan merupakan pelaku yang sama,” jelas Sri Rahayu.
Menurut Sri Rahayu, sejak tahun 2013, kegiatan edukasi bagi TKI telah diimplementasikan dengan target calon TKI di dalam negeri dan TKI di luar negeri dengan baik. Melihat animo TKI ditahun 2013 dan 2014 yang cukup tinggi serta fakta akan rendahnya tingkat literasi keuangan yang ditandai dengan kondisi ekonomi TKI yang belum membaik, maka di tahun 2015 ini OJK berkomitmen untuk mendorong peningkatan literasi dan inklusi keuangan bagi TKI khususnya, perihal perencanaan keuangan dan keterampilan berwirausaha, demikian Sri Widodo Rahayu K, Deputi Komisioner Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK.

