OJK Terus Dorong Penyaluran Kredit di Sektor Prioritas

[sc name="adsensepostbottom"]

KUR didorong membiayai sektor produktif, seperti pertanian, perikanan dan kemaritiman dan pariwisata.

Untuk mengimplementasikan Masterplan Sektor Jasa Keuangan Indonesia, beberapa inisiasi program strategis telah dijalankan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Di antaranya Program Jangkau, Sinergi dan Guidelines (JARING) pada sektor kelautan dan maritim, program asuransi tani, asuransi usaha ternak sapi, asuransi kapal, dan sinergi untuk penyaluran kredit usaha rakyat (KUR).

Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad mengatakan, ekonomi global masih akan menghadapi beberapa tantangan, sehingga dengan asumsi tersebut, kegiatan ekonomi tentu akan lebih banyak pada kegiatan berbasis memanfaatkan potensi pasar dalam negeri yang besar. Oleh karena itu, OJK pun akan terus mendukung beberapa sektor perekonomian yang merupakan sektor unggulan seperti pariwisata, pertanian, energi, dan maritim.

“OJK akan meneruskan itu terutama akan mendorong kemaritiman karena potensinya masih besar. Yang kita lakukan masih kecil dibanding kebutuhan yang relatif besar, karena kemaritiman mulai dari nelayan sampai pada produksi cold storage dan pembuatan pabrik kapal,” ujarnya dalam konferensi pers akhir tahun OJK, Jumat (30/12).

Variasi bisnis yang begitu banyak pun mencerminkan potensi yang besar. Oleh karena itu, lanjutnya, OJK akan mendorong dengan berbagai macam cara terutama terkait fleksibilitas KUR ke nelayan dan juga sindikasi pembiayaan yang lebih besar. Program JARING sendiri sampai September 2016 telah menyalurkan kredit sebesar Rp 23,2 triliun dengan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) 2,2 persen gross. Sementara, untuk program asuransi rangka kapal (asuransi penyingkiran kerangka kapal dan/atau ganti rugi) telah mencatat jumlah kapal yang telah diasuransikan sebanyak 2.912 kapal.

Di sisi kedaulatan pangan, tambah Muliaman, diwujudkan dengan meluncurkan program asuransi usaha ternak sapi dengan realisasi mencapai 12.576 ekor sapi. Sementara, untuk asuransi tani padi, total luas tanah yang telah di-cover seluas 431 ribu hektar. “Ini masih jauh dari target 1 juta hektar, tapi pada 2017 akan direalisasikan,” cetusnya.

Ia menyampaikan, pertanian dan perkebunan pun diharapkan jadi lokomotif dalam perbaikan kredit perbankan tahun depan, termasuk KUR. Saat ini penyaluran KUR masih didominasi sektor perdagangan, karena itu OJK bersama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sedang mengkaji penyaluran KUR untuk mendorong pembiayaan sektor produktif, seperti pertanian, perikanan dan kemaritiman dan pariwisata. “Oleh karena itu, dalam pandangan kami diperlukan fitur yang berbeda bagi setiap sektor karena masing-masing sektor punya karakteristik yang berbeda,” tukas Muliaman.

Agar penyaluran KUR dan kredit juga menyasar ke sektor produktif, maka diperlukan kebijakan. Oleh karena itu, tutur Muliaman, OJK bekerjasama dengan stakeholder lain ingin mendesain model pembiayaan seperti value chain, sehingga terjadi ekosistem pembiayaan yang memungkinkan bank lebih confident, seperti sudah ada standby buyer dan kualitas pupuk terjamin.

“Jadi kalau ekosistem terbentuk maka bank dan perusahaan pembiayaan rekatiftif akan lebih yakin untuk masuk. Pada 2017 OJK dengan Kadin (Kamar Dagang dan Industri Indonesia), dan kementerian terkait akan mencoba merumuskan ekosistem seperti apa yang memungkinkan pembiayaan dan pendanaan masuk,” pungkasnya. Terkait pelaksanaan KUR, penyaluran sampai November 2016 mencapai Rp 87,7 triliun atau 80,3 persen dari target Rp 109,21 triliun dengan NPL 0,3 persen.