Anggota Dewan Komisiner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Kusumaningtuti S. Soetiono mengajar edukasi keuangan kepada siswa SMA Negeri 1 Palu, Sulawesi Tengah pada tanggal 2 Oktober 2014. Program mengajar tersebut merupakan bagian dari partisipasi OJK dalam implementasi kurikulum 2013 terkait edukasi keuangan bagi siswa SMA. Foto: OJK

Pemahaman dan Penggunaan Produk Keuangan Meningkat

[sc name="adsensepostbottom"]

Indeks literasi dan inklusi keuangan pada 2016 meningkat dibanding 2013.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru saja merilis hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan. Dari hasil survei yang dilakukan pada 2016 menunjukkan indeks literasi keuangan sebesar 29,66 persen dan indeks inklusi keuangan sebesar 67,82 persen. Hasil tersebut meningkat dari survei sebelumnya yang dilakukan pada 2013.

Pada 2013, indeks literasi keuangan tercatat sebesar 21,84 persen dan inklusi keuangan 59,74 persen. Dengan demikian telah terjadi peningkatan pemahaman keuangan dari 21,84 persen menjadi 29,66 persen, serta peningkatan akses terhadap produk dan layanan jasa keuangan dari 59,74 persen menjadi 67,82 persen.

Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Kusumaningtuti S Soetiono menuturkan, dalam Strategi Nasional Keuangan Inklusif, pihaknya menargetkan minimal setiap tahun literasi dan inklusi keuangan masing-masing naik dua persen. Dengan pencapaian yang tercatat di survei terbaru ini, indeks literasi dan inklusi keuangan pun meningkat di atas target.

“Tingkat literasi dan inklusi meningkat di atas target, yang tadinya enam persen (sejak survei pada 2013) menjadi 29,6 persen untuk literasi keuangan dan inklusi jadi 67,82 persen. Jadi setiap tahun lebih dari dua persen meningkatnya,” cetusnya dalam pemaparan hasil survei OJK, Selasa (24/1).

Pada survei di 2016, jumlah responden dan cakupan survei pun meningkat dibanding 2013. Jumlah responden bertambah dari 3800 orang menjadi 9680 orang, dari 20 provinsi menjadi 34 provinsi dan dari 40 kota menjadi 64 kota/kabupaten. Survei juga dilakukan dengan mempertimbangkan gender, strata wilayah, umur, pengeluaran, pekerjaan dan tingkat pendidikan.

Kusumaningtuti menambahkan, dalam rangka mencapai target inklusi keuangan sebesar 75 persen pada 2019, pihaknya akan melakukan beragam kegiatan edukasi dan program inklusi keuanhan secara kontinu bersama industri jasa keuangan. Edukasi dilakukan dalam berbagai bentuk seperti edukasi komunitas, training of trainer, outreach program, kuliah umum, edukasi bahari, iklan layanan masyarakat, edu expo, bioskop keliling, hingga wayangan.

[bctt tweet=”OJK: Tingkat literasi dan inklusi meningkat di atas target!” username=”my_sharing”]

Sejak 2013-2016, OJK pun telah melaksanakan kegiatan edukasi di 144 kota dengan frekuensi sebanyak 289 kegiatan. Selain itu, untuk meningkatkan literasi keuangan di kalangan pelajar dan mahasiswa, OJK juga telah menyusun dan meluncurkan buku seri literasi keuangan mulai tingkat SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi.