Pemerintah Dorong Pembiayaan Skema PPP

[sc name="adsensepostbottom"]

Berdasar Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019, kebutuhan pembiayaan infrastruktur mencapai 363,35 miliar dolar AS.

Proyek-infrastrukturDirektur Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Freddy R Saragih, mengatakan dari kebutuhan pembiayaan infrastruktur tersebut diharapkan pula dukungan dari pihak swasta. “Lebih dari 30 persen kebutuhan itu diharapkan dari swasta,” katanya dalam Investor Gathering, Selasa (8/12).

Keterlibatan swasta dalam rangka memenuhi kesenjangan kebutuhan pembiayaan infrastruktur dapat dilakukan melalui skema public-private partnership (PPP). Freddy menuturkan dengan skema PPP, pemerintah dapat memenuhi kebutuhan pembiayaan infrastruktur dengan mendorong investasi swasta. “Di sisi pemerintah, dengan skema PPP ini membuat porsi anggaran pemerintah untuk infrastruktur akan berkurang,” katanya.

Sementara, lanjutnya, pihak swasta juga akan sangat concern menyelesaikan proyek tepat waktu karena jangka waktu proyek telah ditetapkan dalam kesepakatan antara pemerintah dan perusahaan swasta. “Swasta sangat concern selesaikan proyek tepat waktu karena semakin cepat mereka selesai, maka akan semakin cepat juga memperoleh kembali investasinya,” tukas Freddy.

Ia pun memaparkan dengan pemberian yields jangka panjang yang stabil, serta pemberian dukungan dan penjaminan pemerintah menjadi beberapa alasan pihak swasta untuk investasi dalam pembangunan infrastruktur Indonesia. “Tugas kami adalah bagaimana PPP ini berhasil, karena kalau tidak magic number kebutuhan pembiayaan infrastruktur itu akan menjadi magic number selamanya. Kita bisa merealisasikan ini dengan dukungan dan investasi yang baik,” jelas Freddy.

Setidaknya ada enam proyek infrastruktur dengan skema PPP yang berada dalam pipeline, yaitu untuk pembangkit listrik di Jawa Tengah, pertambangan di Sumatera Selatan, sistem penyediaan air minum (SPAM) Umbulan, SPAM Lampung, SPAM Semarang Barat, dan proyek Palapa Ring-Fiber Optik. Total nilainya mencapai 520 juta dolar AS.