Dua Faculty Members dari Harvard Kennedy of School, AS menilai, Ramadhan dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi, namun meningkatkankan kebahagiaan di kalangan yang menjalankan ibadahnya.
Ramadhan menjelang, Muslim di sluruh dunia berdoa, merefleksikan diri, dan berpuasa sejak matahari terbit ke terbenam. Inilah saatnya ketika tradisi religi mengalahkan urusan bisnis. Orang mengurangi waktu berbelanja, pekerja mengurangi jam kerjanya dan lebih banyak berdoa di mesjid. Secara global ramadhan tahun ini akan lebih intensif di belahan Bumi Utara yang membuat hari muslim panas yang panjang. Sebuah paper mengenai Ramadhan, pertumbuhan ekonomi, dan tingkat kebahagiaan dibuat dalam Harvard Kennedy School (HKS) Faculty Research Working Paper oleh Associate Professor Filipe Campante dan Assistant Professor David Yanagizawa-Drott pada akhir 2013.
Doug Gavel, Associate Director di HKS Communications mengingatkan kembali mengenai penelitian ini melalui http://hks.harvard.edu. Penelitian yang menggunakan data makro dan mikroekonomi sejak 1950 di negara-negara Muslim ini menemukan siang hari berpuasa yang lebih panjang membuat penurunan signifikan dalam pertumbuhan ekonomi. Tidak hanya d bulan Ramadhan itu, juga secara tahunan. Penurunan ini tampaknya lebih banyak disebabkan oleh orang yang mengurangi jam kerjanya, atau memilih bekerja di sektor informal, daripada efek langsung berpuasa terhadap produktifitas tenaga kerja.
“Perkiraan kuantitatif kami dapat diilustrasikan sebagai berikut: jika rata-rata jam berpuasa selama Ramadhan meningkat dari rata-rata sebelumnya yaitu 12 jam ke 13 jam, yaitu sekitar satu standar deviasi untuk negara Muslim selama siklus Ramadan, pertumbuhan output akan lebih rendah sekitar 0,7 persen. Sebagai perbandingan, koefisien yang sama juga ditemukan peneliti lain Barro dan McCleary (2003), peningkatan jam produktifitas di gereja akan dikaitkan dengan penurunan 1,1 persen dalam tingkat pertumbuhan”, kata para peneliti.
- Tahun Ajaran Baru, Baitulmaal Muamalat Gembirakan Anak Yatim dan Dhuafa
- BSI Maslahat Rayakan Muharram Ceria Bersama Ribuan Anak Yatim Se-Indonesia
- Menggerakkan Ekonomi Masyarakat, Bank Muamalat Gelar Program Berbagi
- Bank Raya Serahkan CSR kepada Cluster Unggulan Jatiraras Sawarga Cibinong, Dukung Komunitas Pelaku Usaha Go Digital via Raya App
Tetapi di lain pihak, ketika lebih banyak berpuasa membuat orang lebih miskin, para peneliti menemukan, berpuasa membuat mereka lebih bahagia. Tambahan satu jam per hari yang digunakan untuk berpuasa meningkatkan sekitar empat persen responden yang menyatakan lebih bahagia, dan lebih lagi, kebahagiaan itu tidak hanya selama Ramadhan, juga di bulan-bulan lainnya.
Peningkatan kebahagiaan sebagaimana dilaporkan responden dan kepuasaan hidup yang dihasilkan dari kebahagiaan itu, menunjukkan bahwa SWB (subjective well being) meningkat. Bukan hanya karena manfaat langsung dari berpuasa seperti memiliki waktu lebih banyak untuk bersosialisasi, lebih banyak waktu berdoa dan merefleksikan diri, menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman, juga penguranganan fokus kepada hal materil dan keuangan duniawi. Semakin lama waktu berpuasa di Ramadhanmembuat orang menjadi lebih miskin tetapi bahagia,” para peneliti menyimpulkan.
Anda dapat mengunduh Laporan Penelitian dari Download Associate Professor Filipe Campante dan Assistant Professor David Yanagizawa-Drott itu di sini.