Inayah Wahid saat pentas monolog #3Perempuanku, Bukan Bunga Bukan Lelaki.
Inayah Wahid saat pentas monolog #3Perempuanku, Bukan Bunga Bukan Lelaki.

Pentas Monolog 3 Perempuan Yang Berbagi Suami

[sc name="adsensepostbottom"]

Arcana Foundation bersama Djarum Apresiasi Budaya mempersembahkan lakon monolog “#3Perempuanku, Bukan Bunga Bukan Lelaki”, di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki Jakarta, baru-baru ini.

Inayah Wahid saat pentas monolog #3Perempuanku, Bukan Bunga Bukan Lelaki.
Inayah Wahid saat pentas monolog #3Perempuanku, Bukan Bunga Bukan Lelaki.

Pentas monolog ini merupakan adaptasi naskah berjudul “Bukan Bunga Bukan Lelaki” dari buku Monolog Politik karya sastrawan/wartawan Putu Fajar Arcana di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, baru-baru ini.

“Keberadaan seni sastra di Indonesia sekarang ini masih jarang diminati oleh masyarakat Indonesia. Saya harap dengan nama besar Inayah Wahid, Olga Lydia dan Happy Salma, pertunjukan monolog #3Perempuanku, Bukan Bunga Bukan Lelaki ini bisa menyemangati pihak-pihak yang masih peduli terhadap seni sastra,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

Di dalam monolog Bukan Bunga Bukan Lelaki terdapat 3 tokoh perempuan yang menjadi pemeran utama, tetapi mereka tidak saling mengenal. Alur cerita dihubungkan oleh relasi yang tak pernah diketahui oleh para perempuan itu, bahwa mereka adalah istri dari satu lelaki yang sama, seorang pejabat partai dan anggota parleman.

Oleh sebab itulah, naskah lakon ini dilengkapi dengan judul #3Perempuanku, Bukan Bunga Bukan Lelaki. Pelengkapan itu dibutuhkan karena selain membahas isu korupsi, lakon ini juga mengusung pesan moral kekerasan terhadap perempuan.

Tokoh istri tua bernama Wagiyem dimainkan oleh Inayah Wahid, putrid dari Gus Dur. Inayah memiliki warna vokal dan cengkok Jawa yang kental, apalagi ia akan memerankan Wagiyem dengan bahasa “ngapak-ngapak” (bahasa khas Banyumasan) yang akan memberi aksentuasi karakternya yang sangat unik dan spesifik.

Sementara itu Olga Lydia memerankan istri kedua bernama Renata. Olga memberi kekhasan karakter Renata dengan studinya tentang perilaku kelas menengah Indonesia yang serba “kepengen” terlihat berkelas dan baik-baik saja, tetapi sesungguhnya memendam kegalauan.

Peran istri ketiga bernama Liza Sasya dimainkan oleh Happy Salma, dimana ia merasa perlu belajar bergoyang dan menyanyi dengan cengkok dangdut untuk mendalami peran Liza sebagai penyanyi dangdut dari Pantura (Pantai Utara Jawa).

Pentas monolog 3 perempuan ini disutradarai oleh Rangga Bhuana Riantiarno, yang dibesarkan dalam tradisi teater kental di Teater Koma yang didirikan orang tuanya N. Riantiarno dan Ratna Riantiarno.