“Prospek Masih Bagus, Meski Tahun Politik”

andrianbmi1Direktur Bisnis  Bank Muamalat Indonesia, Adrian A. Gunadi optimis prospek industri perbankan syariah pada 2014. Mengapa?

Bagaimana secara umum pertumbuhan industri perbankan syariah di tahun 2014?
Menurut saya pangsa pasar bank syariah masih besar. Hal itu terbukti dari angka-angka kinerja selama ini, bahwa kami masih bisa tumbuh di angka 30%, atau 25%, yang rata-rata masih di atas perbankan konvensional. Jadi menurut saya tahun 2014 pun masih banyak peluang untuk pertumbuhan perbankan syariah. Juga khususnya bagi kami, Bank Muamalat dengan jaringan kantor kami yang sudah begitu banyak. Tinggal bagaimana peranan kami guna meningkatkan produktifitas dari SDM, produktifitas dari kantor-kantor kami.
Benar, memang ada Pemilu 2014. Namun kalau kita lihat secara segmen, justru dengan adanya Pemilu, seharusnya uang yang beredar akan lebih tinggi. Nah, kami berharap Dana Pihak Ketiga (DPK) juga bisa meningkat. Meskipun pangsanya masih tetap besar tahun depan, tapi memang dari sisi ekspansi pembiayaan, bagaimanapun kita tentu harus tetap menjaga kehati-hatian (prudence). Oleh karena itu, kami juga memperkuat sistem manajemen resiko di Bank Muamalat. Kami akan implementasi sistem risk management scoring dengan menggunakan Moody's di Desember akhir 2013 ini, tentunya untuk memperkuat itu.

Apa gebrakan regulasi yang saat ini diharapkan pelaku industri perbankan syariah, guna mendukung pertumbuhan yang semakin signifikan di 2014?
Tahun 2014, hedging adalah sesuatu yang kita harapkan bisa bergulir, yaa. Ini sangat penting, terlebih bank dengan size yang lebih besar. Karena kalau kami  sekarang bicara bank syariah, seperti kita sendiri (Muamalat – red ) sudah Rp 50 Triliun (DPK) angkanya. Tahun depan pasti akan lebih besar lagi.
Jadi faktor-faktor yang terkait dengan hedging, seperti nilai tukar, ataupun bagi hasil yang fixed dan floating, itu tentu harus kita pikirkan. Beberapa kali kami sudah mulai berdiskusi dengan BI tentang hedging. Saya rasa juga sudah banyak kajian yang dilakukan oleh BI. Kita sedang menunggu. Karena itu yang paling signifikan dari sisi manajemen risiko.

Mengapa kebijakan soal hedging ini sangat urgent bagi industri perbankan syariah?
Tentu terkait dengan mismatch, karena rata-rata sekarang beberapa portofolio kami Murabahah, sementara kami memberikan dari sisi liabilities (funding) dengan bagi hasil. Berarti kita kita harus meng-hedge risiko posisi tersebut, antara pendapatan yang bersifat fixed, karena murabahah  fixed, sedangkan kami ‘kan bagi hasilnya floating. Tentunya itu yang harus kita jaga. Kemudian kita lihat rata-rata pembiayaan di bank syariah relatif jangka panjang, lima tahun, lalu tujuh tahun, sedangkan deposito rata-rata satu bulan-satu bulan. Itu ada missmatch, ada risiko juga yang harus kami antisipasi. Dan semakin besar size-nya bank itu, risiko itu bisa semakin besar juga.
Di Negara lain hedging itu sudah umum. Di Malaysia sudah jalan. Di Dubai dari pengalaman saya, juga sudah jalan. Jadi memang tinggal di Indonesia saja. Kami harus melihat faktor risiko ini, karena ada risiko yang harus diantisipasi. Apalagi kondisi makro tahun depan, kami belum tahu akan seperti apa?

Namun regulasi hedging syariah dimaksud belum ada tanda-tanda akan keluar dalam waktu dekat, antisipasinya?
Berarti kami harus menyiapkan natural hedging, misalnya memerbanyak menempatkan dana-dana jangka panjang. Kemudian mungkin kami harus lebih memperbanyak pendapatan margin dari yang bersifat floating, misalnya. Jadi mau tidak mau kami harus kreatif sendiri, karena memang belum tersedia. Dan bank syariah sudah biasa berkreasi di tengah keterbatasan. Alhamdulilah sekarang dari sistem, kami jauh lebih siap mendukung. Jadi untuk mengreasikan produk-produk baru, tahun depan, mungkin ijarah akan lebih kami tingkatkan. Karena tadi ijarah bersifat floating, harusnya kami sesuaikan, mengurangi risiko murabahah yang jangka pajang dengan fixed rate.

“Tantangan 2014 masih tetap sama, yaitu persoalan SDM di industri perbankan syariah kita.  Seperti di kami sendiri, dengan jumlah kantor kami sekarang yang semakin banyak itu, tidak hanya dari kuantitas, tapi kualitas tentu harus kami perkuat terus”.