Saat Keju Parmesan Jadi Agunan Pembiayaan

[sc name="adsensepostbottom"]

Saat nasabah mengajukan pembiayaan ke bank, biasanya bank meminta agunan berupa sertifikat rumah atau BPKB kendaraan bermotor. Namun, tak demikian dengan sebuah bank di Italia yang menerima keju parmesan sebagai agunan.

keju parmesan
Dok: The Whiz

Sejak 1953 bank Credito Emiliano telah menerima sebongkah besar keju Parmigiano-Reggiano sebagai jaminan pembiayaan usaha kecil. Bank yang biasa dikenal dengan sebutan Credem ini pun menjadi subjek studi kasus terbaru Harvard Business School bertajuk “Credem: Banking on Cheese”. Studi tersebut menjelaskan bagaimana bank pada dasarnya menggantikan bagian mahal dari proses operasi para peternak sapi perah di wilayah Emilia Romagna Italia Utara.

Selain menahan keju sebagai jaminan, Credem juga menyimpan keju dalam tempat yang diatur suhunya, sesuai dengan durasi pinjaman nasabah. Dengan demikian, para peternak pun menghemat biaya operasional. Sebaliknya, bank memeroleh pengetahuan mengenai industri yang berisiko. “Dalam riset saya melihat bagaimana operasi para peternak sapi perah memengaruhi pembiayaan dan sebaliknya. Ini (yang dilakukan oleh Credem) adalah contoh utama dalam bagaimana menyesuaikan infastruktur pembiayaan dengan karakteristik rantai suplai,” kata Asisten Profesor di Unit Teknologi dan Operasi Manajemen Harvard Business School Nikolaos Trichakis, dilansir dari laman Forbes, Senin (13/7).

Rantai suplai keju Parmigiano-Reggiano, yang terkenal sebagai rajanya keju ini, bermula dari sekitar 3.500 peternakan milik keluarga. Setiap hari para peternak membawa susu segar ke koperasi peternak, yang kemudian produk tersebut diolah menjadi keju. Sebelum dijual ke toko, keju parmesan disimpan antara 18, 24, 30 atau 36 bulan. Semakin lama disimpan, rasa dari keju Parmigiano-Reggiano pun akan semakin lezat dan mahal. Baca: Produk Makanan Minuman Indonesia Gebrak Pasar Amerika Serikat

Dengan demikian, lanjut Trichakis, produsen menghadapi jangka waktu yang lama. “Pada dasarnya produsen punya modal kerja yang terkait dengan penyimpanan selama dua tahun. Mereka bisa saja mempersingkat masa penyimpanan keju, tetapi nantinya keju yang dihasilkan tidak akan selezat seharusnya,” jelas Trichakis. Karena proses pembuatan keju Parmigiano-Reggiano yang membutuhkan waktu lama, peternak pun membutuhkan akses pembiayaan.

Di sisi lain, dapat dipahami pula jika bank ragu memberi pinjaman kepada produsen keju parmesan. Selain proses pembuatan keju begitu lama, peternak sapi perah biasanya berskala usaha kecil dan menengah karena adanya keengganan untuk konsolidasi membentuk perusahaan besar yang lebih stabil. “Mereka tetap terpisah karena alasan memegang tradisi Italia. Sebagian besar keluarga telah memproduksi keju selama berabad-abad dan bangga akan apa yang mereka lakukan, menolak untuk menjadi bagian dari perusahaan yang lebih besar,” jelas Trichakis.

Kendala lainnya adalah harga keju Parmigiano-Reggiano cenderung fluktuatif tergantung pada permintaan pasar. Berdasar studi Harvard Business School, jika ada perubahan permintaan sebesar satu persen akan memengaruhi harga sekitar 10 persen. Perlambatan ekonomi pun turut berdampak pada industri keju karena membuat produk tersebut masuk kategori barang mewah.

Di sisi lain, banyak hal yang dapat terjadi saat menyimpan keju, seperti munculnya gelembung, air yang lengket, hingga keju menggelembung dan patah, sehingga akan turut menurunkan harga keju di pasaran. “Jadi sangat jelas kalau dibutuhkan infrastruktur pembiayaan yang sesuai dengan lingkungan bisnis produsen keju,” ujar Trichakis.

Credem menerima keju muda sebagai jaminan dan menilainya dalam harga pasaran keju yang sudah matang di periode sekarang. Bank pun memberikan pembiayaan antara 70-80 persen dari nilai keju tersebut, sehingga bank terlindung dari fluktuasi harga pasar dan penurunan kualitas produk. Baca: Mengembangkan Daya Saing Produk Bank Syariah Berbasis Sektor Riil

Anak usaha Credem, Magazziini Generali delle Tagliate menyimpan agunan berupa keju tersebut di dua gudang penyumpanan berkapasitas 440 ribu keju. Selama proses pematangan di Magazziini Generali delle Tagliate, hanya sekitar satu persen keju yang kualitasnya menurun. Jauh lebih baik dari rata-rata industri yang biasanya mencapai 10 persen. Dengan penyimpanan keju yang berada di pengawasan bank, maka pihak bank dapat mengetahui lebih baik nilai keju tersebut. Jika produsen tak membayar utang, bank pun akan menjual jaminan kejunya saat sudah matang.

“Dari perspektif bank, ini nyaris bebas risiko. Mereka memiliki jaminan dalam pengawasan mereka selama keju itu masak, jadi ketika ada isu gelembung muncul di keju, mereka akan bisa menyatakan nilai agunan tak sesuai perkiraan. Bank pun bisa segera memberitahu produsen mengenai hal itu,” cetus Trichakis.

Meski model pembiayaan Credem yang menjadikan keju sebagai jaminan hanya sekitar satu persen dari bisnis bank, model tersebut menunjukkan Credem peduli dengan komunitas masyarakat setempat. “Meminjam merupakan aktivitas yang tak terlalu disukai orang Italia. Banyak orang masih menilai bank sarat dengan riba. Jadi apa yang dilakukan Credem, yaitu dengan membuat infrastruktur tersebut dan menunjukkan nilai mereka kepada komunitas, itu sangat penting,” pungkas Trichakis.