Garin Nugroho (kedua dari kanan) berpose usai konferensi pers Film Bisu Setan Jawa hari ini (22/8/2016) di Jakarta.

“Setan Jawa”, Film Bisu Versi Garin Angkat Mitologi Jawa

[sc name="adsensepostbottom"]

Merayakan 35 tahun berkarya di industri film, Garin Nugroho didukung Djarum Foundation mempersembahkan film bisu yang mengangkat mitologi Jawa, dengan didukung tari kontemporer yang terinspirasi oleh karya Friedrich Wilhelm Murnau, Nosferatu.

Garin Nugroho (kedua dari kanan) berpose usai konferensi pers Film Bisu Setan Jawa hari ini (22/8/2016) di Jakarta.
Garin Nugroho (kedua dari kanan) berpose usai konferensi pers Film Bisu Setan Jawa hari ini (22/8/2016) di Jakarta.

Setan Jawa merupakan film bisu hitam putih pertama karya Garin Nugroho yang akan diiringi dengan orkestra musik gamelan secara live yang dibuat oleh Rahayu Supanggah dan akan diputar perdana pada tanggal 3 dan 4 September 2016 di Gedung Teater Jakarta.

“Setan Jawa dikisahkan dalam bingkai sejarah periode awal abad ke-20 sebagai konsep waktu yang menarik untuk dieksplorasi. Memungkinkan ekspresi film ini bergerak antara tradisi dan kontemporer dan dalam beragam silang disiplin dan budaya. Film ini menyatukan perspektif kontemporer dengan tari tradisi, musik, hingga fashion dalam ruang bebas intrepretasi,” ungkap Garin Nugroho, Produser dan Sutradara Setan Jawa hari ini (22/8/2016) di Galeri Indonesia Kaya, Thamrin, Jakarta.

Setan Jawa sendiri memang bercerita tentang kisah cinta dan tragedi kemanusiaan dengan latar waktu awal abad ke-20. Setio, seorang pemuda dari desa miskin jatuh cinta dengan Asih, seorang putri bangsawan Jawa. Lamaran yang ditolak membuat Setio mencari keberuntungan melalui kesepakatan dengan iblis yang dikenal sebagai ‘Pesugihan Kandang Bubrah’ untuk mencari kekayaan dan nantinya dapat melamar Asih. Setio akhirnya menjadi kaya dan kawin dengan Asih, mereka hidup bahagia dalam rumah Jawa yang megah.

Asih kemudian mengetahui bahwa suaminya menjalani laku pesugihan kandang bubrah. Asih yang sangat mencintai suaminya kemudian menemui setan pesugihan. Asih meminta pengampunan pada setan agar suaminya pada saat kematiannya tidak menjadi tiang penyangga rumah.

“Garin Nugroho tak henti-hentinya bereksplorasi dalam menciptakan karya seni dan selalu diapresiasi oleh seluruh festival film bergengsi di dunia. Seperti halnya film Setan Jawa, kolaborasi antara Garin Nugroho dan Rahayu Supanggah dalam menyajikan sentuhan musik orkestra gamelan secara langsung ketika menyaksikan film bisu ini. Diharapkan film ini mendapat banyak apresiasi dari masyarakat Indonesia dan juga masyarakat luar,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

Film bisu ini dikisahkan pada awal abad ke-20, selaras dengan waktu tumbuhnya film hitam putih sekaligus merebaknya fashion, sastra dan berbagai bentuk seni hiburan di puncak kolonialisme Belanda. Namun film ini bukanlah drama sejarah, tetapi waktu sejarah dalam film ini adalah bingkai referensi dalam Setan Jawa. Era kolonial awal abad ke-20 adalah era pengembangan industrial disertai pengembangan infrastruktur bertumbuhnya gerakan nasionalisme dan juga identitas manusia Jawa yang terepresentasikan pada kehidupan sehari-hari, seni, bahasa dan juga mistik. Pada era ini, mistik Jawa tumbuh seiring tumbuhnya theosofi, sebuah gerakan religiusitas berbasis harmoni beragam perspektif kepercayaan. Dalam konteks ini, jalan pesugihan menjadi populer untuk meraih masa depan lebih baik sekaligus sebagai mobilitas sosial dalam dunia baru yang penuh tekanan.

Setan Jawa merupakan proyek kolaborasi antara Garin Nugroho dan Rahayu Supanggah yang dipertemukan kembali setelah 10 tahun yang lalu berkolaborasi dalam proyek ‘Opera Jawa’. Rahayu Supanggah, seorang seniman musik yang telah dan masih memperkenalkan dan mempopulerkan musik gamelan Jawa ke masyarakat dunia selama lebih dari 40 tahun, akan menampilkan sebuah orkestra gamelan yang akan mengiringi film bisu hitam putih karya Garin, dibawakan secara langsung dengan 20 pengrawit (pemusik gamelan). Film ini juga akan menampilkan Asmara Abigail sebagai Asih, Heru Purwanto sebagai Setio dan Luluk Ari sebagai Setan Jawa.

Perilisan film Setan Jawa di Jakarta akan merupakan penampilan pertama sebelum diputar pada world premier di Opening Night of Asia Pacific Triennial of Performing Arts di Melbourne, Februari 2017 merupakan film bisu hitam putih Indonesia dengan iringan musik gamelan ditampilkan secara langsung ketika pemutaran film. Setan Jawa akan ditampilkan pada tanggal 3 & 4 September 2016 pukul 20.00 WIB di Gedung Teater Jakarta, Jl. Cikini Raya no. 73 Jakarta Pusat.