Aceh kaya akan ragam seni budaya tariannya. Dan tak semua tarian Aceh dikenal oleh masyarakat di tanah air. Melalui pertunjukkan Tangloung Nanggroe Budaya Bangsa, diharapkan tarian Aceh akan lebih dikenal dan populer di negara kita, bahkan juga di mancanegara.

Pulau Sumatera memiliki kekayaan seni dan budaya yang berbeda-‐beda dan terbagi di setiap daerahnya. Galeri Indonesia Kaya kali ini bersama Walet Dance Company menampilkan sebuah pertunjukan yang mengangkat tarian tradisional Aceh bertajuk Tangloung Nanggroe Budaya Bangsa di Auditorium Galeri Indonesia Kaya, Thamrin, Jakarta, pada akhir pekan lalu.
“Walet Dance Company merupakan kelompok tari yang konsisten untuk terus mengembangkan seni dan budaya Indonesia. Karena itu, Galeri Indonesia Kaya mendukung penuh generasi muda kreatif yang berkeinginan untuk mengenalkan, mengakrabkan dan melestarikan seni dan budaya Indonesia, khususnya seni tari tradisional Aceh yang pastinya menjadi sajian menghibur dan mengedukasi bagi para penikmat seni,” ujar Renitasari Adrian Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.
Walet Dance Company kali ini hadir untuk memberikan apresiasi tentang seni pertunjukan tradisional Aceh. Banyak tarian dari ‘Negeri Serambi Mekah’ tersebut yang belum popular di tengah masyarakat, sehingga pada kesempatan kali ini penonton dapat mengetahui berbagai macam tari-tarian Aceh.
Pada pertunjukan ini tarian yang akan dibawakan adalah, Tari Seudati Inong yang merupakan tari kebanggaan masyarakat Aceh, dan dibawakan oleh 8 orang penari wanita. Tari Saman yang popular di Indonesia, diiringi alunan pantun, puisi, musik, dan vocal yang dikombinasikan dengan tepukan tangan, tepukan di dada, dan paha.
Tari Rampai Aceh yang merupakan tarian hasil eksplorasi gerak dan merupakan penggabungan dari tari Seudati, Pho, Laweut dan Ratoeh Deuk. Tari‐tarian ini diiringi oleh pantun atau music tradisional Aceh yang mendapat pengaruh dari ajaran agama Islam. Alat music yang dipergunakan dalam music Aceh, antara lain Rapa’i, Genderang, Sarunai Kale, dan rakyat Aceh juga melakukan Dike (Dzikir) pertanda hubungan dengan Yang Maha Kuasa.
“Tentunya kami sangat antusias dalam menampilkan pertunjukan di Galeri Indonesia Kaya kali ini, karena selain ingin menampilkan tarian tradisonal Aceh, kami juga ingin agar masyarakat menjadi lebih kenal dan mengetahui makna dari setiap tarian yang berasal dari Aceh ini,” ujar Marzuki Hasan dari Walet Dance Company.
Walet Dance Company (WDC) merupakan salah satu wadah seni pertunjukan yang dapat mengembangkan seni budaya Indonesia untuk menciptakan sebuah kreativitas, harapan dan kontekstual persoalan dunia yang nyata dapat diungkapkan. Tujuan dari WDC yaitu meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap seni pertunjukan yaitu tari tradisional Indonesia.

