Ragam seni tari di tanah air kita identik dengan gerakan yang dinamis, dan lincah, sehingga membutuhkan kekuatan fisik yang prima untuk membawakannya. Namun demikian, ternyata ada juga sebuah seni tari khas Indonesia yang unik dan tidak semata mementingkan gerakan fisik, yaitu Tari Legong. Tari ini dibawakan dengan gaya seperti membaca puisi. Seperti apakah budaya dan gaya hidup Tari Legong itu?

Puisi yang merupakan baris-baris perwujudan imajinasi kreatif manusia, dituangkan tidak sebatas literatur namun dalam gerak estetik yang merupakan curahan hati dari seseorang dan cerita kepada orang lain.
Perwajahan puitis tari dalam Pagelaran Tari Puisi Legong dicurahkan dalam bentuk ekspresi Tari Legong, berupa gerakan cantik anggun, halus lembut mengiringi alunan gamelan dengan pose tubuh lekuk estetis, bergerak rendah disambung gerakan keatas tanpa jeda, diiringi getaran jari dan diseling hentakan, serta seldet mata sebagai aksen yang memberi jiwa pada gerakan tari.
Dalam pertunjukan yang berlangsung selama 70 menit ini, sebanyak 12 penari dari Bengkel Tari AyuBulan membawakan 4 tarian seperti tarian Palegongan dan Rerejangan Citra Saraswati, Legong Bapang Lasem, Legong Jobog, dan Taruna Jaya. Puisi dalam pementasan ini sendiri tampil untuk menguatkan rasa dan jiwa dari tarian-tarian tersebut, ditulis oleh salah satu penari Bengkel Tari yaitu Putri Minangsari.
Rangkaian puisi tari dibuka oleh penari condong. Puisi mengalir melalui gerakan dinamik Gagak pembawa berita buruk, dilanjutkan cerita pertikaian dua saudara yang kelak menjadi Subali dan Sugriwa, dan kemudian Taruna Jaya menggambaran gerakan ekspresif kegalauan seorang pemuda pada masa akil balig. Puncak puisi tari adalah tampilnya Citra Saraswati – bayangan Dewi yang merupakan sumber inspirasi kebijaksanaan, ilmu pengetahuan, dan kesenian.
“Tari Legong sendiri adalah puisi tari, yang bersumber dari tarian kuno Gambuh dari jaman Majapahit, dan tarian sakral Sanghyang, yang telah menjelma sebagai salah satu tarian klasik Bali yang memiliki perbendaharaan gerak yang kompleks, bergantian lentur dan patah, dan terikat dalam bingkai aturan (pakem) dengan landasan struktur tabuh pelegongan yang halus dan dinamis. Memadukan puisi dan tarian dalam pertunjukan yang kami bawakan, saya harap dapat memberikan tontonan yang lebih menarik bagi para pengunjung Galeri Indonesia Kaya,” ujar Bulantrisna Djelantik dari Bengkel Tari AyuBulan.
Sementara itu, menurut Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, Tarian Legong ini sangatlah unik dan menarik. “Perpaduan menarik antara puisi, tarian, dan musik tradisional menjadikan Pagelaran Tari Puisi Legong dikemas secara lebih menarik dan tidak membosankan. Selain menghibur tentunya pertunjukan ini memberikan pengetahuan yang lebih jauh lagi mengenai tari-tarian terutama Tari Legong yang terus dikembangkang oleh Bengkel Tari AyuBulan,” demikian tutur Renitasari Adrian.

