Ilustrasi.

Tidak Harus Terlahir sebagai Pengusaha…

[sc name="adsensepostbottom"]

Jiwa wirausaha, bersifat genetis atau bisa dibentuk oleh lingkungan?

Entrepreneruship, made or born? Pertanyaan  ini diajukan Hermawan Kertajaya. Tentu kepada para pembicara yang bersamanya bukan kepada peserta forum.  Satu persatu menjawab, Sandiaga Uno, tokoh pengusaha muda Indonesia menjawab, jiwa wirausaha bisa dibuat, bukan dilahirkan.

Sandi pun mengisahkan, ia sendiri lahir dari keluarga biasa. Ayahnya karyawan perusahaan minyak dan ibunya adalah guru. Maka, kewirausahaan dalam dirinya adalah dibuat, bukan diturunkan.

“Setiap kita adalah wirausaha. Kewirausahaan adalah soal mindset. Saya sendiri, mulai bisnis saya dari nol”, kata Sandi menjelaskan dalam Panel Discussion: Upgrading Indonesia Micro Businesses  in Market  Acces and Funding di hari ketiga World Islamic Economic Forum (WIEF) ke-12 di Jakarta, Kamis (4/8).

Ia menambahkan, setidaknya ada tiga tahapan kewirausahaan yang dialami seorang wirausaha. Pertama, seorang wirausahawan selalu melihat peluang ketimbang hambatan.  Jadi, jika krisis ekonomi, seorang yang ditanamkan iwa wirausaha dalam dirinya akan melihat peluang ketimbang hambatan.

Kedua, seorang wirausaha mampu mengalkulasikan risiko yang akan dihadapinya, sejalan dengan target bisnisnya. Ketiga, seorang pengusaha akan mampu berkolaborasi dengan orang lain. Tiga tahapan ini menjadi pembelajaran sendiri bagi seorang pengusaha.

[bctt tweet=”Ini 3 tahapan menjadi pengusaha menurut @sandiuno #entrepreneurship!” username=”my_sharing”]

Berwirausaha untuk Memberi Manfaat
James Digby, Co-Founder, Rockstart Accelerator and Founding Chairman, Global Startup Awards, Denmark, mengaku baru saja berbincang dengan pendiri Go Jek Indonesia, Nadiem Makarim. Nadiem mengisahkan motivasinya membangun Go Jek, adalah karena ingin membantu masyarakat. “Nadiem datang ke masyarakat, menanyakan masalah mereka apa, dan apa yang bisa ia bantu”, kata James. Dari sanalah kewirausahaan terbentuk, niat untuk membantu masyarakat, dalam hal trabnsportasi jika kaitannya adalah Go Jek adalah masalah transportasi di kota besar di Indonesia.

Jadi, ia sepakat, kewirausahaan dibangun, bukan dilahirkan.  Dan sejatinya ada motivasi yang kuat untuk memberikan kemudahan kepada pasar.

Dengan paradigma memberi kemanfaatan itulah, startup seperti Go Jek mudah mendapat funding. Jadi, ketika ditanya, duluan mana yang harus dikejar, funding atau akses pasar? Menurut James, funding akan datang dengan sendirinya ketika pasar sudah diraih.

Produk atau Pemasarannya Dulu?
Atef Elshabrawy, Global Expert MENA Region, International Council for Small Business, Bahrain, setali tiga uang dengan James. Menurutnya, jika sebuah bisnis dibangun dengan motivasi di awal, membantu masyarakat, produk dan jasa yang dihasilkan pun akan memasarkan dirinya sendiri. Selain, tentu saja kualitas dan harga tetap menjadi konsideran penting.

Hal ini untuk menjawab pertanyaan abadi di tiap dunia usaha, pemasarannya dulu atau produknya dulu? Menurut Atef, produk pun akan menjadi alat pemasaran jika dibuat dengan serius.

Hermawan Kertajaya menimpali. Menyinggung konsep pemasaran yang ditawarkannya selama ini, yaitu Marketing 1.0, Marketing 2.0, dan Marketing 3.0. Marketing 1.0 adalah soal produknya, fokusnya di produk. Produk  yang  baik akan memasarkan dirinya sendiri.  Dunia bisnis terus berubah. Kemudian lahir Marketing 2.0, tidak cukup hanya produk yang bagus yang dapat memasarkan dirinya sendiri, diperlukan pemahaman akan konsumen. Bahkan ini yang utama, istilahnya, consumer centric, bukan lagi product centric.

[bctt tweet=”@hermawank Marketing 3.0 terinspirasi Nabi Muhammad Saw” username=”my_sharing”]

Semua tentang Manusianya
Lalu jaman pun terus berubah dengan cepat, tidak cukup hanya memusatkan perhatian penuh pada konsumen, kini di era Marketing 3.0, manusianya atau istilahnya human centric. Jadi, proses bisnis adalah tentang manusianya. Tentang membawa kemanfaatan bagi manusia. Dan, Hermawan mengatakan, “Justeru dalam Marketing 3.0 ini saya terinspirasi dari cara Nabi Muhammad Saw melakukan bisnis”.

Karena Sandi sedang menjadi pusat perhatian, terkait deklarasinya untuk maju sebagai calon Gubernur DKI Jakarta, Hermawan pun bertanya kepada Sandi, “Apakah terjun ke politik juga bagian dari kewirausahaannya?

Panel Diskusi Upgrading Indonesian Micro-Businesses in Market Access and Funding. Foto: WIEF Foundation
Panel Diskusi Upgrading Indonesian Micro-Businesses in Market Access and Funding. Foto: WIEF Foundation

Menurut Sandi, kewirausahaan berujung pada orangnya. Dalam kesehariannya sebagai pengusaha terlibat dengan angka setiap hari. Memantau kinerja penjualan misalnya. Namun, di balik angka-angka yang dilihatnya setiap hari itu, ada orang. Sebenarnya tentang orang. Apakah itu konsumen, produsen, pedagangnya, dan sebagainya.

Pun halnya dengan menjadi pejabat publik, dengan terjun ke pemilihan kepala daerah (Pilkada) misalnya. Juga akan berujung pada mengurusi orang.  Saat ini, di grup usahanya ada ribuan karyawan yang dipekerjakan dan diurusinya.  Jika menjadi Gubernur DKI nanti akan jutaan warga yang ia merasa harus bertanggung jawab. Jadi, “Saya melakukan ini untuk manusianya”, kata Sandi menegaskan.