Penyelenggaraan Forum Ekonomi Dunia ke-24 di Asia Timur (24th World Economic Forum on East Asia/24th WEF-EA) akan dihelat pada 19-21 April 2015 mendatang di Jakarta. Dengan mengusung tema “Anchoring Trust in East Asia’s New Regionalism”, WEF-EA akan fokus pada tiga pilar baru, yakni regional baru, ekonomi baru, dan kewarganegaraan baru.

“Tiga pilar baru ini akan dimanfaatkan Indonesia untuk memperkenalkan potensi Indonesia, menarik investasi dan meningkatkan kepercayaan dunia,” tegas Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan – Bachrul Chairi di Jakarta, akhir pekan lalu.
Pertemuan ini diharapkan akan menjadi landasan ideal bagi Pemerintah Indonesia mengeksplorasi bagaimana meningkatkan kepercayaan, meningkatkan kerja sama regional, dan mendorong kebijakan-kebijakan inklusif untuk mempercepat pembangunan sosial-ekonomi sesuai visi dan misi Presiden.
“Indonesia akan agresif dalam menarik investasi dan usaha dagang ke Indonesia sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi yang baik dan stabil,” ujar Bachrul.
Ketua Tim Teknis Penyelenggara WEF-EA itu menjelaskan forum ini merupakan kesempatan Indonesia menjadi sorotan bagi dunia internasional sebagai negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara. “Kita manfaatkan event ini untuk meyakinkan para pelaku usaha dunia agar melihat kondisi Indonesia sekarang. Indonesia juga merupakan bagian dari Asia Timur dengan pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata dunia sebesar 7%,” jelas Bachrul.
Menurut Bachrul, Pemerintah Indonesia akan secara langsung menyampaikan program-program pembangunan dalam lima tahun ke depan dan kebutuhan investasinya. Dengan demikian, lanjut Bachrul, diharapkan akan banyak investor kelas dunia yang tertarik membantu pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Selain itu, pertemuan WEF-EA juga akan menggarisbawahi perkembangan ekonomi terkini di kawasan Asia Timur. “Kawasan Asia Timur merupakan kawasan dengan pertumbuhan ekonomi tercepat dan populasi terpadat di dunia. Kawasan Asia Timur punya beberapa negara paling makmur di dunia, seperti Australia, Tiongkok, Jepang, Singapura, dan Korea Selatan. Selain itu, kawasan Asia Timur juga didukung oleh emerging market seperti Indonesia, Myanmar, dan Vietnam,” lanjut Bachrul lagi.
Lebih lanjut Bachrul, WEF-EA juga menyoroti kesuksesan ekonomi kawasan Asia Timur dimana kawasan Asia Timur tengah bersiap untuk peluncuran Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir 2015, menandakan era baru dalam pergerakan bebas manusia, barang, dan jasa seluruh perekonomian 10 negara dengan lebih dari 600 juta orang.
Rencananya lebih dari 700 peserta hadir pada acara tahun ini, yang terdiri para para CEO utama dunia maupun pimpinan perusahaan besar dan berpengaruh dunia. Hingga hari ini, terdapat enam Kepala atau Wakil Negara/Pemerintahan yang mengonfirmasi kehadirannya, yaitu dari Kamboja, Mali, Ethiopia, Rusia, Vietnam, dan Tanzania.
Ada pula 25 Menteri, termasuk 6 Menteri Perdagangan dari Chad, Filipina, Kamboja, Malaysia, Nigeria, dan Swiss, serta 8 pemimpin organisasi internasional, yakni ASEAN, IOM (International Organisation for Migration), JICA (Japan International Cooperation Agency), OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development), ADB, UNPF (United Nations Population Fund), UNWFP (United Nations World Food Programme) dan UNOPS (United Nations Office for Project Services). Sedangkan, jumlah negara yang sampai saat ini menyatakan partisipasinya sudah mencapai 20 negara.
Menurut Bachrul, pertemuan WEF-EA ke-24 ini diselenggarakan dengan latar belakang untuk berdialog dalam rangka meningkatkan kerja sama regional dan memajukan kebijakan mempercepat pembangunan sosial-ekonomi yang berkelanjutan. Forum ini menjadi ajang yang sangat penting dan unik karena pada saat yang sama Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Afrika di Jakarta guna memperingati 60 tahun Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika, sehingga perhatian dunia akan fokus pada Indonesia.
WEF-EA ke-24 akan menghadirkan para pengambil keputusan lintas sektoral untuk melihat berbagai tantangan utama, khususnya terkait pendidikan, ketahanan pangan, maupun juga akses energi. Bagaimana tantangan tersebut, baik untuk Indonesia maupun Asia-Afrika dapat disikapi oleh para pengambil keputusan. Dialog antarbangsa juga akan dilaksanakan untuk membahas isu kesehatan, pendidikan, akses energi, dan urusan publik lainnya.

