Mohamed Gealdez di @america, Selasa (7/2). Foto: MySharing

Trik Memulai Usaha, Tawarkan Solusi!

[sc name="adsensepostbottom"]

Semakin besar masalah, kian besar penghargaan yang Kamu bisa dapatkan jika menemukan solusinya.

Berawal dari iman dan solusi, Mohamed Geraldez memulai usahanya dari kepatuhan pada ajaran Islam dan mencari solusi atas sebuah masalah.

Mo, begitu Mohamed Geraldez biasa disapa, mengaku gelisah sejak masuk Islam. Ia menemukan masalah, lelaki tidak boleh memakai perhiasan emas ataupun kain sutera. Kalau soal perhiasan emas, ia setuju. Namun, ketika sandang dari bahan sutera, ia menemui, dasi yang dipakainya sehari-hari terbuat dari sutera.

Sedangkan di pasaran, “Dasi yang dibuat dari non sutera jelek-jelek”, kata Mo dalam “Entrepreneurship, Digital Branding, and Halal Economy with Mohamed Geraldez” di @america, Pacific Place, Jakarta, Selasa (7/2).

Dari situlah, ia mememulai empat hingga lima bulan inkubasi startupnya, Jaan J. Kini Jaan J dengan alamat http://jaanj.com telah 10 tahun berdiri, menjual dasi modis berbahan non sutera via online. Berbasis di Amerika Serikat (AS), Jaan J menjual dasinya ke seluruh dunia.

Jaan J, hadir di jagat ekonomi halal dunia dengan keunikan. Biasanya kalau bicara fesyen Muslim, ya hijab, atau apapun yang dipakai oleh perempuan, tapi Mo, malah membuat fesyen lelaki. Lebih tepatnya asesoris pakaian lelaki. Namun, sulit dipungkiri, Jaan J adalah penyedia dasi syar’i pertama dan mungkin masih menjadi satu-satunya di dunia.

Mo datang ke Indonesia, dalam rangka program kebudayaan pemerintah AS. Tentu, Mo, datang juga untuk mencari peluang bisnis di Asia Tenggara. “Wilayah yang amat berpotensi secara ekonomi. Saya juga Muslim seperti banyak orang Asia Tenggara, meskipun keluarga saya, sbeagian besar keluarga saya di AS, belum masuk Islam”, kata Mo dalam kesempatan berbincang dengan wartawan.

Mencari solusi, itulah yang menggerakkan Mo dalam berwirausaha. Seperti misalnya, salah satu proyek terkini Mo di bidang keuangan syariah adalah Sharia Student Loan (pinjaman siswa secara syariah-red). Memang, ini baru akan ditawarkan sebagai solusi di negeri Paman Sam. “Kami memang bertujuan memberi alternatif pendanan tanpa riba untuk mahasiswa”, kata Mo menegaskan.

[bctt tweet=”Jaan J , penyedia dasi syar’i pertama di dunia!” username=”my_sharing”]

Menurutnya, hingga kini belum ada alternatif pembiayaan pendidikan mahasiswa di AS yang tidak berbasis bunga/ riba. Proyeknya ini dapat dilihat di situs http://recenter.co. Mo mengaku, secara rutin mengunjungi kampus-kampus dan menyosialisasikan idennya ini. Banyak yang tertarik, bahkan ketika sosialisasi di Harvard, banyak yang bertanya bagaimana produk ini bisa segera masuk di pasar. Pun dengan pertanyaan yang masuk via email.

Jelaskan Bisnismu dengan Cepat!
Untuk kaum muda di Indonesia, Mo menyarankan, jika ingin memulai wirausaha harus tahu pasarnya dengan baik, terutama kelebihan kompetitif produk atau jasa yang ditawarkan. Juga, “Kamu butuh strategi digital yang bisa ditingkatkan. Karena generasi masa depan, sangat terkait dengan dunia daring, dengan adanya komputer super (ponsel pintar –red) di genggaman.

Hanya, ketika pengusaha muda Indonesia memiliki itu, ada hambatan lain. Menurutnya, bahasa Indonesia kurang artikulatif dan tidak langsung menjelaskan sesuatu, pun dengan budaya Timur orang Indonesia yang pemalu dan rendah hati kurang bagus untuk pengembangan bisnis. “Ada adat istiadat di negeri-negeri Asia Tenggara yang pemalu, sederhana, suka merendah diri. Itu adat yang bagus, tapi untuk hal bisnis, mungkin kurang tepat, karena Kamu harus berambisi, harus artikulatif. Jika Kamu tidak bisa menjelaskan bisnismu secara jelas dalam waktu singkat, investor akan pergi”, kata Mo. Investor rerata adalah orang sibuk. Jika mereka tidak dapat mengerti tentang apa bisnis Kamu, melalui penjelasan yang singkat dan padat, kemungkinan besar mereka akan pergi.

[bctt tweet=”Wirausaha kini butuh strategi digital yang bisa ditingkatkan!” username=”my_sharing”]

Hal ini terjadi, menurutnya, salah satu penyebabnya adalah karena Bahasa Indonesia sifatnya pasif. Bahasa Indonesia sulit digunakan untuk menunjuk sesuatu secara langsung. Kamu harus berputar untuk menjelaskan tentang apa bisnismu. Padahal, mestinya, bisnis harus dijelaskan dalam satu kalimat yang mudah. Jika tidak, Kamu harus mencari solusinya.

Ramadhan Bar
“Saya melihat peluang di Indonesia”, kata Mo ketika ditanya minatnya untuk berbisnis di Indonesia. Ia mengisahkan bahwa dirinya akan ke Kuala Lumpur, Malaysia dan tinggal di sana untuk sekitar empat bulan untuk mencari peluang kerjasama untuk produk lainnya yang ia tangani, Ramadhan Bar. Ini adalah wafer energi (energy bar) yang bisa digunakan sebagai pelengkap makan sahur atau makan sahur itu sendiri di saat Ramadhan.

Ramadhan Bar. Foto: ramadhanenergy.com
Ramadhan Bar. Foto: ramadhanenergy.com

Ramadhan Bar adalah inovasi dari Muslim yang tinggal di negeri Non Muslim. Muslim di AS, misalnya, harus bekerja, berangkat pagi. Jika di bulan Ramadhan. Harus sambil puasa dengan sahur terlebih dahulu. Dari sinilah Imran Posner dan Farid Sanders, dua teman dari masa kecil di Philadelphia, AS membuat Ramadhan Bar. Imran bekerja sebagai dokter dan Farid adalah salah satu eksekutif di Jhonsons and Jhonsons. Ya, keduanya Muslim.

“Mereka minta saya untuk memimpin, mencari rekanan kerja, seperti pabrik, penyalur, pembeli, dna sebagainya”, kata Mo. Itulah mengapa ia ke Kuala Lumpur, di sana sudah ada supermarket yang tertarik sebagai penyalur produknya.

Jadi, kembali lagi menurutnya, intinya adalah memberikan solusi. Menjadi pengusaha Muslim, tentu saja solusi tersebut haruslah berdasarkan ajaran Islam