Ilustrasi

Wealth Management Tak Hanya untuk Nasabah Premium!

[sc name="adsensepostbottom"]

Investasi kini semakin mudah dan murah.

Senior Vice President and Head of Wealth Management HSBC Indonesia Steven Suryana mengatakan, wealth management di Indonesia relatif masih baru, sehingga belum banyak yang mengetahui tentang pengelolaan kekayaan. Tak ayal jumlah investor yang terekspos ke produk pasar modal dan wealth management pun masih terbatas.

“Persepsinya wealth management itu identik untuk nasabah premium, padahal kalau bicara produk ini bisa dinikmati masyarakat umum seperti obligasi atau sukuk ritel dengan minimal Rp 5 juta sudah bisa investasi dan investor juga bisa investasi di reksa dana dibawah Rp 1 juta,” katanya dalam HSBC Wealth & Beyond Personal Economy Forum 2016, Selasa (12/4).

Karena sebagian besar orang Indonesia belum mengenal wealth management, maka penempatan alokasi likuiditas di Indonesia pun kebanyakan ditempatkan di tabungan dan deposito dibanding dengan negara lainnya. “Di Indonesia penempatan di deposito dan tabungan 85 persen, kalau di Australia dan Cina itu sudah kurang dari 15 persen. Di Cina dan Hong Kong diatas 90 persen sudah mengalokasikan ke instrumen investasi,” ungkap Steven.

Berdasar studi HSBC, hanya 33 persen responden di Indonesia yang menyatakan sama sekali tidak dapat mengelola finansialnya serta tidak memiliki proteksi spesifik, meski ada keinginan untuk mendapatkan cara agar mereka mampu melakukan pengelolaan finansial dengan baik. Sementara, dari 67 persen responden yang menyatakan bahwa mereka telah melakukan persiapan finansial dalam bentuk tabungan, investasi maupun asuransi, masih banyak pula yang belum memahami sepenuhnya apakah persiapan finansial tersebut sudah tepat sesuai kebutuhan dan dapat dijadikan jaminan di masa tua nanti (38 persen).

Selain sebagian besar dari yang sudah melakukan perencanaan tersebut masih fokus pada perencanaan jangka pendek untuk kebutuhan yang bersifat mendadak (44 persen), banyak diantara mereka yang juga tidak memiliki pengetahuan cukup tentang proteksiyang tepat sesuai kebutuhan dan aspirasi mereka, dan tidak mengetahui bagaimana memerolehnya (55 persen). Sebanyak 36 persen bahkan berpendapat belum membutuhkan atau tidak menjadikan persiapan finansial jangka panjang sebagai prioritas.

Steven pun menekankan pentingnya wealth management untuk membantu perencanaan keuangan. Setidaknya ada lima kebutuhan yang perlu diperhatikan dalam perencanaan keuangan, yaitu menyiapkan pendidikan sekolah anak, persiapan masa pensiun, persiapan proteksi, pengembangan kekayaan, dan meninggalkan warisan untuk generasi berikutnya.

[bctt tweet=”Setidaknya ada 5 kebutuhan penting dalam perencanaan keuangan, apa saja?”]

Jika investasi untuk jangka panjang dapat memilih investasi yang berbasis saham. “Untuk jangka panjang tentu memerlukan solusi keuangan yang kebih komprehensif. Namun, kalau investor konservatif atau tujuannya untuk pendidikan anak dalam 2-3 tahun ke depan tentu tidak cocok ke saham,” pungkasnya.