Kamar Dagang dan Industri Dubai memproyeksikan industri makanan dan minuman halal global akan tumbuh rata-rata 6,9 persen. Pada 2013 nilai industri makanan dan minuman halal tercatat sebesar 1,1 triliun dolar AS, dan diperkirakan akan mencapai 1,6 triliun dolar AS pada 2018.

“Kami melihat peluang untuk meningkatkan industri makanan halal. Sektor ini dinilai penting bagi bisnis makanan minuman di Uni Emirat Arab, karena juga menjadi pilar kunci dalam inisiatif Dubai Capital of Islamic Economy yang diluncurkan pada 2013. Berdasar inisiatif itu Dubai punya kemampuan untuk menciptakan peluang pertumbuhan baru di sektor ini dan menjadi pusat industri halal dunia,” papar Ketua Kamar Dagang dan Industri Dubai, Abdul Rahman Saif Al Ghurair, sebagaimana dilansir dari gulfnews, Senin (11/8).
Di Dubai daging halal menjadi bagian penting, dengan persentase 78,7 persen daging tidak dikemas, dan 21,3 persen daging kemasan. Penjualan makanan kemasan di Dubai pun diperkirakan akan mencapai 14 miliar dirham pada 2018, dengan rata-rata pertumbuhan penjualan 4,78 persen. Tahun 2013 penjualan makanan kemasan di negara itu mencapai 11,1 miliar dirham.
Konsultan Senior Regional Euromonitor International (lembaga penelitian), Iyad Hijjawi, mengatakan jenis produk halal yang dipasarkan di kawasan Teluk diantaranya adalah daging, susu, makanan kaleng. “Arab Saudi menjadi pasar makanan halal terbesar di Teluk, diikuti oleh Uni Emirat Arab, Kuwait, Oman, Qatar dan Bahrain,” kata Hijjawi.
Berdasar laporan Kamar Dagang dan Industri Dubai, industri makanan halal tumbuh pesat di Timur Tengah, Afrika Utara, Asia Selatan dan Asia Tenggara. Indonesia menjadi pasar makanan halal terbesar di dunia dengan nilai mencapai 197 miliar dolar AS pada 2012, diikuti oleh Turki sebesar 100 miliar dolar AS.

