Indonesia dinilai memiliki modal untuk menjadi negara maju dan menyalip raksasa-raksasa Asia. Kekayaan laut, sumber daya alam, serta jumlah populasi yang besar menjadi keunggulan Indonesia.

Namun sayangnya, potensi itu belum dimanfaatkan secara maksimal untuk menyejahterakan masyarakat. Ekonomi senior, Emil Salim mengatakan Indonesia memiliki kekayaan alam yang unik baik di darat maupun lautan karena posisinya yang berada di khatulistiwa. “Seharusnya potensi itu bisa dimanfaatkan untuk membuat branding Indonesia sebagai manufacturer of Asia,” ujar Emil, dalam diskusi Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), akhir pekan lalu. Baca Juga: Indonesia Harus Ciptakan Produk Ramah Lingkungan
Ia menegaskan bahwa sumber daya alam bukanlah untuk dieksploitasi, tapi harus dikembangkan, misalnya spesies ikan yang unggul harus dikembangbiakkan dan diperkaya. Indonesia yang berada di lokasi strategis kawasan Asia Tenggara menjadikannya jalur perdagangan yang potensial untuk terus berkembang. “Mari kita manfaatkan keunikan itu. Pertanyaannya, apa nilai tambah yang bisa kita kembangkan? Bagaimana mengembangkannya? Itu perlu dijawab lewat ilmu pengetahuan,” katanya.
Oleh karena itu, Emil pun menekankan pentingnya memajukan bidang pendidikan baik di sektor formal maupun informal. Pendidikan informal diperlukan untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja Indonesia agar mampu bersaing dengan negara lain dalam waktu dekat. “Kita harus tingkatkan produktivitas pekerja yang saat ini masih di level semi-skilled, jadi harus kasih tancap gas,” ujarnya. Baca: Oase Pendidikan: Guru Kreatif, Siswa Berkualitas
Menurut Emil, hal itu penting dilakukan untuk menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN yang akan berlaku pada 1 Januari 2015. “Pebisnis harus mengembangkan kemampuan pekerja dan diberi insentif fiskal oleh pemerintah. Perkuat pula sekolah kejuruan,” katanya.
Sementara, investasi jangka panjang dalam bidang pendidikan tinggi harus tetap dilakukan terutama dalam bidang sains, teknologi, ilmu rekayasa, dan matematika. “Saran saya, buka bidang itu untuk pengajar asing supaya kita mendapat lompatan pengetahuan. Sementara di bidang sosial tetap kita kembangkan sendiri,” katanya.
Bonus demografi pada 2030 juga harus dimanfaatkan untuk menyalip raksasa Asia seperti Jepang, Cina, dan Korea yang memiliki komposisi penduduk menua. “Kesempatan untuk tancap gas ini mutlak dipakai, karena setelah ini momennya tidak ada lagi,” kata dia. Baca: Kelas Menengah Muslim, Yuk Menangkan Pasarnya!
Di sisi lain, kualitas penduduk Indonesia saat ini masih jauh dari ideal. Sensus penduduk 2010 menyebutkan 50 persen, penduduk berusia 25-59 tahun, atau sekitar 54,8 juta jiwa, hanya mengenyam pendidikan dasar. “Berarti kita perlu meningkatkan sektor pendidikan informal untuk menghasilkan pekerja yang terampil dan terlatih, melalui berbagai pelatihan bersertifikat,” ujar Emil. Diharapkan, strategi ini dapat membebaskan Indonesia dari jebakan kelas menengah yang sudah berlangsung selama 20 tahun.

