Kondisi ekonomi makro 2014 nyaris mencapai sebagian besar targetnya. Pada tahun ini pemerintah pun tengah menyiapkan sejumlah upaya untuk mencapai targetnya di tahun 2015.

Menteri Keuangan, Bambang P Brodjonegoro, mengatakan kondisi di 2015 tidak akan mudah mengingat ketidakpastian global masih tinggi, dan di sisi lain bank sentral Amerika diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 100 basis poin sampai akhir 2015. “Konsekuensinya saya ingin mengurangi defisit untuk mengatasi ketidakpastian global dan kalau ingin mencari pembiayaan di market ya jangan terlalu besar,” jelas Bambang, dalam Konferensi Pers Perkembangan Ekonomi Makro Terkini dan Realisasi APBNP 2014, Senin (5/12).
Sementara, lanjutnya, di sisi makro current account defisit pada 2014 tercatat sekitar 3 persen dari produk domestik bruto. Pada tahun ini pun diperkirakan bisa ke 2,5 persen atau maksimum ke sekitar dua persen. Salah satu langkah yang dilakukan adalah melakukan evaluasi terhadap struktur utang, dengan melihat dari sisi pinjaman bilateral maupun jumlah surat utang. “Sasarannya adalah ingin mengurangi eksposur terhadap pembiayaan di market, pengurangan surat berharga negara,” kata Bambang. Baca: Realisasi Ekonomi Makro di 2014 Meleset Dari Target
Di sisi lain, tambah Bambang, pihaknya juga ingin membatasi penerbitan surat utang dalam bentuk rupiah untuk mengantisipasi terjadinya sudden reversal (pembalikan modal secara tiba-tiba) mengingat kepemilikan asing di surat utang negara sebesar 38 persen. “Itu harus dijaga agar jangan sampai mengganggu kestabilan makro. Sedangkan mengenai pertumbuhan ekonomi kita tidak pernah bisa tahu. Cina perkiraannya 7 persen tapi ada yang bilang 4 persen. Yang jelas kami upayakan pertumbuhan tahun ini lebih baik dari tahun lalu,” imbuh Bambang.
Ia menambahkan pada tahun ini ekspor tidak akan bisa banyak diharapkan dan menjadi motor pertumbuhan, walau akan terus didorong pemerintah. Yang dilakukan adalah dengan mendorong investasi dan menjaga daya beli masyarakat. Khusus untuk investasi, pemerintah akan memperbaiki prosedur pendaftaran inevstasi agar investasi asing dan domestik meningkat dan tidak ada proses perijinan yang membutuhkan waktu lama. Baca Juga: Perekonomian Indonesia Perlu Momentum untuk Bangkit
Di sisi lain, lanjut Bambang, pihaknya juga berharap bisa mendorong belanja pemerintah untuk infrastruktur. Setidaknya ada tiga kementerian yang akan menerima tambahan ruang fiskal yaitu Kementerian Pekerjaan Umum (untuk infarastruktur dasar pembangunan jalan, perumahan dan infrastruktur lainnya), Kementerian Perhubungan (untuk pelabuhan atau kereta api), dan Kementerian Pertanian (untuk support pupuk, benih, alat mesin pertanian dan irigasi untuk para petani). “Tiga kementerian di atas akan menerima penyerapan tambahan ruang fiskal dan berharap hal tersebut akan menciptakan tambahan bagi pertumbuhan ekonomi dan masuknya investasi asing,” kata Bambang.

