Sapta Nirwandar Ekonomi Halal
Sapta Nirwandar

Negara Non Muslim Kian Seriusi Ekonomi Halal

[sc name="adsensepostbottom"]

Melihat peluangnya besar secara bisnis, negara non Muslim seperti Korea, Brazil, dan Selandia Baru, kian serius dengan ekonomi halal.

Sapta Nirwandar Ekonomi Halal
“…kita tidak perlu ragu menyatakan ‘halal lifestyle’, mengapa perlu takut? Kalau orang Barat saja berani maju untuk halal”, Anggota Dewan Pakar MES, Sapta Nirwandar

“Pemimpin Thailand sendiri mengatakan, 20% ekspor produk makanannya adalah makanan halal”, kata Anggota Dewan Pakar Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Sapta Nirwandar. Thailand bahkan memiliki The Halal Standard Insitute of Thailand sebagai pusat penelitian dan pengembangan sertifikasi halal negeri gajah putih tersebut.

Di negeri lain, Korea misalnya, tambah Mantan Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ini, sedang mengembangkan kosmetik dan obat-obatan halal. Tentu bukan terutama ditujukan untuk konsumsi dalam negerinya, karena jumlah Muslim di Korea sangat sedikit. Kosmetika dan obat-obatan halal tersebut untuk diekspor, terutama ke negeri-negeri dengan penduduk mayoritas Muslim seperti negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI). Baca juga: Aksi Negara Minoritas Muslim Raup Pasar Halal

“Ada juga European Halal Industry, lalu Halal Expo and Conference tanggal 23 ini tolong diikutkan ya Bu Esthy”, kata Sapta sambil mengambil satu persatu brosur dari dalam tasnya untuk menggambarkan betapa negara-negara non Muslim sudah sangat serius dengan ekonomi halal. Kepada Esthy Reko Astuti, Dirjen Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Adegan di atas adalah sebagian dari suasana diskusi Dewan Pakar dan Pembina Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) yang berlangsung di Kantor Pusat Bank Bukopin, Jakarta, Selasa, (17/2). Topik diskusi hari itu adalah seputar pariwisata syariah dengan narasumber Esthy Reko Astuti dan Sapta Nirwandar.

Sapta memaparkan tren perkembangan ekonomi halal di dunia. Betapa pasar Muslim dengan sekitar 1,6 miliar jumlahnya di dunia adalah pasar yang lukratif. Apalagi Indonesia, sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Hanya, menurut Sapta, tampaknya bangsa Indonesia sendiri masih ragu untuk serius membangun ekonomi halal, salah satunya adalah pariwisata syariah. Karena, menurut Sapta turisme telah menjadi gaya hidup bukan lagi sekadar kebutuhan mendasar.

“Di Dubai orang dengan yakin menyatakan ‘halal lifestyle’, di negara-negara seperti Korea, Thailand, New Zealand mereka juga menyatakan ‘halal life style’, kita tidak perlu ragu menyatakan ‘halal lifestyle’, mengapa perlu takut? Kalau orang Barat saja berani maju untuk halal,” kata Sapta.[su_pullquote align=”right”]”Brazil misalnya, mulai serius menenernakan sapi dan mengolah dagingnya sesuai standar halal”[/su_pullquote]

Sapta juga menunjukkan beberapa temuan Global Islamic Economy Report 2014-2015 dari Global Islamic economy Summit 2014 lalu seperti bertumbuhnya ekonomi halal di negeri-negeri non Muslim. Brazil misalnya, mulai serius menenernakan sapi dan mengolah dagingnya sesuai standar halal. Lalu Selandia Baru yang menernakkan ayam dan mengolahnya sesuai standar halal. Pasar ekspornya ke negara-negara OKI, termasuk Indonesia.