Sektor infrastruktur Asia diperkirakan membutuhkan dana sekitar 60 miliar dolar AS per tahun hingga 2022. Sukuk pun dinilai sebagai salah satu instrumen sesuai untuk pembiayaan infrastruktur.

“Instrumen keuangan syariah yang beragun aset membuat sukuk ideal untuk membiayai proyek infrastruktur dan melengkapi apa yang sedang terus dilakukan Singapura untuk membantu proyek infrastruktur di kawasan Asia Tenggara dan melibatkan lebih banyak partisipan pasar modal,” ujar Loh, dilansir dari laman Asia One, Jumat (5/6). Baca: Indonesia dan Turki Jalin Kerjasama Dirikan Bank Infrastruktur Syariah
Industri keuangan syariah global tumbuh siginifkan dalam satu dekade terakhir dengan total aset lebih dari 2 triliun dolar AS, naik dari 700 miliar dolar pada 2005. Sebagian besar permintaan keuangan syariah berasal dari Asia dan Timur Tengah. “Arus perdagangan dan investasi antara dua kawasan tersebut diperkirakan akan terus naik beberapa tahun ke depan,” kata Loh. Meningkatnya pendapatan di Timur Tengah ditengarai akan mendorong manajer investasi reksadana syariah untuk mencari diversifikasi ke investasi asing. Loh menuturkan Asia pun akan menjadi destinasi investasi utama untuk keuangan syariah.
Demi memfasilitasi perkembangan keuangan syariah di Singapura, lanjut Loh, MAS pun bekerjasama dengan pelaku industri dan lembaga pemerintah untuk menyediakan kejelasan dan kepastian dalam peraturan pajak untuk sukuk. Pelaku industri telah menyarankan adanya pre-approved dan standar dokumen untuk struktur sukuk yang dapat mempercepat penerbitan sukuk.
Pada kesempatan yang sama, Asisten Gubernur untuk Pengawasan Perbankan Bank Sentral Uni Emirat Arab, Saeed Abdulla Al Hamiz, mengatakan agar industri keuangan syariah dapat melangkah ke tahap selanjutnya, maka harus terintegrasi sepenuhnya di sistem keuangan global dengan tetap mengedepankan karakter khususnya. Baca: 2015, Aset Keuangan Syariah Global Lampaui 2,5 Triliun Dolar
“Praktek keuangan di banyak negara saat ini mengakomodasi industri dalam arsitektur sistem keuangan konvensional, tanpa adanya fitur spesial pada produk dan jasa yang ditawarkan. Kesenjangan antara kebutuhan industri keuangan syariah dan arsitektur keuangan mungkin memiliki dampak merusak,” ujar Saeed.

