volatilitas saham

Perkuat Pasar Keuangan dengan Financial Deepening

[sc name="adsensepostbottom"]

Pendalaman pasar keuangan Indonesia menjadi hal mutlak yang harus dilakukan. Di tengah kepemilikan asing yang masih tinggi di instrument investasi, defisit neraca transaksi berjalan juga diperkirakan tidak akan menurun banyak di tahun ini. Jumlah investasi yang masuk terbesa rsaat ini berada di instrumen surat utang negara. Di satu sisi hal tersebut dinilai baik, tetapi jika jumlahnya semakin membesar maka patut untuk diwaspadai.

volatilitas sahamDirektur Task Force Financial Bank Indonesia, Nanang Hendarsyah, mengatakan pendalaman pasar keuangan menjadi penting karena saat ini utang luar negeri swasta juga sebagian besar tidak dilindung nilai. Jumlahnya mencapai sekitar 80 persen. “Ini membuat kita harus lebih waspada. Pasar keuangan kita harus dalam dan menjadi garis pertahanan jadi ketika terjadi shock akan tetap resilient,” ujar Nanang, dalam Talkshow Bank Indonesia Financial Deepening di Indonesia Banking Expo, Jumat (29/8).

Di sisi lain, untuk memperkecil defisit neraca transaksi berjalan setidaknya adalah dengan meningkatkan capital in flow (arus masuk modal) yang dapat berasal dari investasi langsung, saham, surat berharga negara, maupun obligasi. Namun,jumlah kepemilikan di instrument tersebut pun tetap harus diperhatikan. Saat ini kepemilikan asing di surat berharga negara sudah mencapai 35 persen dan menjadi yang tertinggi di skala regional. Sedangkan, volume transaksi valas harian di Indonesia hanya 5 miliar dolar, lebih kecil dibandingkan Thailand yang mencapai 12,7 miliar dolar dan Malaysia 11 miliar dolar. Selain itu, komposisi volume transaksi kebanyakan di pasar spot, sehingga volatilitas kurs di Indonesia lebih tinggi. Ini berbeda dengan di Thailand, Malaysia dan Filipina yang lebih banyak untuk lindung nilai. “Ini yang mendorong kita untuk lebih banyak bergerak untuk pendalaman pasar keuangan,” imbuh Nanang.

Sementara, pasar uang rupiah juga belum berkembang, dimana masih banyak menggunakan uncolateralized loan dengan tenor jangka pendek. Pasar repo Indonesia juga hanya 0,4 persen dibanding outstanding obligasi yang beredar. “Ini karena belum maksimal digunakannya MRA (Master Repo Agreement), sebagian besar transaksi repo antar bank masih menggunakan perjanjian bilateral,” jelas Nanang. Selain itu, kendala lainnya adalah dari aspek akuntansi dan legal karena adanya perbedaan kepemilikan atas surat berharga yang di-repokan. Oleh karena itu, pihaknya juga akan mengembangkan Central Counterparty dalam rangka pengembangan lanjutan untuk repo.
Langkah lainnya untuk memperkuat pasar keuangan adalah dengan memperdalam pasar keuangan, membentuk garis pertahanan dengan membangun cadangan devisa yang cukup, dan paralel kebijakan moneter, fiskal, mikroprudensial, dan makroprudensial. “BI akan sesuaikan beberapa peraturan transaksi devisa untuk memperdalam pasar valas,” kata Nanang.

Nanang menyebutkan ada lima prinsip pengembangan pendalaman pasar keuangan yang harus dilakukan, yaitu harus ada link dengan sektor riil, BI fokus pada pengembangan pasar uang dan valas, least cost dalam hal terjadi shock, mendasarkan peta permasalahan dan prioritas, serta koordinasi antar otoritas dan stakeholder lainnya. Yang menjadi lima pilar pengembangannya adalah kelembagaan dengan membentuk asosiasi, regulasi dan standarisasi, market dan instrumen, edukasi dan sosialisasi, serta infrastruktur pasar.

Nanang mengutarakan saat ini yang dilakukan BI adalah melakukan penguatan operasi moneter, mendorong penggunaan derivatif hedging terutama oleh BUMN, foreign exchange swap lindung nilai (investasi) bank ke BI. Sementara, yang terkait regulasi diantaranya mempublikasikan Jakarta Interbank spot dollar dan relaksasi ketentuan transaksi devisa. “Yang prioritas adalah mendorong transaksi derivatif untuk lindung nilai sehingga volume transaksi valas banyak untuk valas dan swap,” katanya.