kelas menengah muslim

Segmentasi Kelas Menengah Muslim

[sc name="adsensepostbottom"]

Kelas menengah muslim sebagai konsumen adalah potensi tak terelakkan saat ini. Di tengah kian etis dan spiritualnya kelas menengah Indonesia, pasar ini sulit untuk diabaikan. Bagaimana memenangkan pasar ini? Download EBook dari buku terbaru Yuswohadi, pakar marketing dari Inventure di sini.

kelas menengah muslim

[su_button url=”http://mysharing.co/kelas-menengah-muslim-yuk-menangkan-pasarnya/” target=”blank” background=”#000000″ radius=”round”]Ikuti Juga Seminarnya[/su_button]

Semakin meningkatnya kemakmuran mereka sebagai akibat keberhasilan pembangunan selama justru mendorong mereka semakin religius dan spiritual. “Makin makmur, makin pintar, makin religius.” Kalimat ini sangat pas menggambarkan pergeseran itu. Coba saja lihat beberapa fenomena menarik berikut. Dulu orang tak begitu peduli dengan makanan halal, kini mereka menjadi sangat peduli. Survei Center for Middle Class Studies (CMCS) misalnya, mendapati 95 persen konsumen kosmetik mengecek label halal saat membeli produk.

Dulu kaum muslim kita juga tak begitu konsern dengan praktik riba dalam berbank, kini mereka mulai peduli untuk menghindari riba. Buktinya bank syariah tumbuh hingga mencapai 40 persen pertahunnya. Begitu pula kaum wanita muslim kini semakin konsern untuk menutup auratnya, terbukti dengan munculnya fenomena revolusi hijab.

Setelah melakukan survei kualitatif, CMCS, berhasil memetakan profil konsumen kelas menengah muslim Indonesia. Kami membagi mereka ke dalam empat sosok seperti tergambar pada matriks, yaitu: Apathist, Conformist, Rationalist, dan Universalist.

Apathist: “Emang Gue Pikirin?”
Sosok ini adalah tipe konsumen yang memiliki pengetahuan, wawasan, dan seringkali tingkat kesejahteraan ekonomi yang masih rendah. Di samping itu, konsumen ini memiliki kepatuhan dalam menjalankan nilai-nilai Islam yang juga rendah. Konsumen tipe ini umumnya tidak memiliki pemahaman yang cukup mengenai produk-produk berlabel Islam atau menawarkan value proposition yang Islami.Karena itu mereka tak begitu peduli apakah suatu produk bermuatan nilai-nilai keislaman ataupun tidak

Rationalist: “Gue Dapat Apa?”
Sosok ini adalah tipe konsumen yang memiliki pengetahuan, open-minded, dan wawasan global, tetapi memiliki tingkat kepatuhan pada nilai-nilai Islam yang lebih rendah. Segmen ini sangat kritis dan pragmatis dalam melakukan pemilihan produk berdasarkan parameter kemanfaatannya. Namun dalam memutuskan pembelian, mereka cenderung mengesampingkan aspek-aspek ketaatan pada nilai-nilai Islam. Bagi mereka label Islam, value proposition syariah, atau kehalalan bukanlah menjadi konsideran penting dalam mengambil keputusan pembelian.

Conformist: “Pokoknya Harus Islam”
Sosok ini adalah tipe konsumen muslim yang umumnya sangat taat beribadah dan menerapkan nilai-nilai Islam secara normatif. Karena keterbatasan wawasan dan sikap yang konservatif/tradisional, sosok konsumen ini cenderung kurang membuka diri (less open-minded, less inclusive) terhadap nilai-nilai di luar Islam khususnya nilai-nilai Barat. Untuk mempermudah pengambilan keputusan, mereka memilih produk-produk yang berlabel Islam atau yang di-“endorsed” oleh otoritas Islam atau tokoh Islam panutan.

Universalist: “Islami Itu Lebih Penting”
Sosok konsumen muslim ini di satu sisi memiliki pengetahuan/wawasan luas, pola pikir global, dan melek teknologi; namun di sisi lain secara teguh menjalankan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Mereka memahami dan menerapkan nilai-nilai Islam secara substantif, bukan normatif. Mereka lebih mau menerima perbedaan dan cenderung menjunjung tinggi nilai-nilai yang bersifat universal. Mereka biasanya tidak malu untuk berbeda, tetapi di sisi lain mereka cenderung menerima perbedaan orang lain. Singkatnya mereka adalah sosok yang toleran, open-minded, dan inkulsif terhadap nilai-nilai di luar Islam. Melihat perubahan-perubahan besar yang terjadi pada konsumen kelas menengah muslim kita, pertanyaan besar kemudian muncul di kalangan pemasar: Bagaimana mereka harus merespons? Apa saja strategi dan taktik ampuh yang harus dijalankan? Untuk menjawabnya buku ini mencoba menyusun enam prinsip-prinsip generik yang bisa digunakan sebagai panduan bagi mereka untuk menggarap pasar lukratif ini. Apa saja?

EBook Marketing to the Middle Class Moslem
Silakan unduh EBook Marketing to the Middle Class Moslem  di sini. Anda juga bisa belajar langsung dari para profesional dan pakarnya pada seminar Indonesia Middle-Class Brand Forum (IMBF) III: Membidik Pasar Kelas Menengah Muslim. Senin, 25 Agustus 2014, pukul 12.30 s/d 19.30 WIB di Intercontinental MidPlaza Hotel, Jakarta.

[contact-form-7 id=”5426″ title=”Referral Seminar Middle Class”]