asia
Ilustrasi Peta Asia

Harga Minyak Anjlok, Arus Modal akan ke Asia

[sc name="adsensepostbottom"]
asia
Ilustrasi Peta Asia

Harga minyak dunia masih saja berada di bawah level 100 dolar AS per barel. Namun, anjloknya harga minyak dunia dinilai tak akan membuat aliran dana pemerintahan Arab ke proyek-proyek besar dan program kesejahteraan sosial tersendat. Justeru akan menciptakan peluang bagi penerbitan sukuk infrastruktur dan instrumen keuangan syariah lainnya tahun ini.

Kendati harga minyak dunia sedang tertekan, sejumlah ekonom berpendapat volatilitas tersebut tidak akan mengurangi kebiasaan pengeluaran pemerintahan Teluk. Kepala Ekonom Emirates NBD, Tim Fox menilai rendahnya harga minyak dunia akan menimbulkan aliran dana masuk ke pasar Asia dan kawasan lainnya, terutama wilayah pasar yang sedang berkembang.

“Pasar Asia yang sedang berkembang menjadi pasar yang perlu dicermati di tengah ketidakpastian global. Dibanding pasar lainnya yang tumbuh dobel, pasar emerging Asia melampaui pencapaian itu dua kali lipatnya. Negara-negara di kawasan Teluk berada di posisi tepat untuk memanfaatkan pertumbuhan tersebut,” papar Fox, dikutip dari laman islamic finance news, Senin (9/2).

Di sisi lain, lanjutnya, kendati risiko geopolitik akan mempengaruhi sektor pariwisata dan stabilitas di kawasan Teluk, risiko tersebut dinilai akan tetap mendorong modal asing masuk ke industri perbankan Uni Emirat Arab dan ke kelas aset lainnya seperti properti dan ekuitas. Baca: IIFM: Pasar Sukuk Global Lampaui 150 Miliar Dolar

Sementara, Kepala Ekonom Asiya Investments, Francisco Quintana, menuturkan harga minyak mentah pada akhirnya akan mulai meningkat secara bertahap. “Peningkatannya bisa saja drastis jika ketidakstabilan politik meningkat di beberapa wilayah di Timur Tengah,” kata Quintana. Baca: Raja Abdullah Wafat, Harga Minyak Dunia Melonjak

Dengan didukung oleh cadangan minyak dalam jumlah besar, sebagian besar negara di kawasan Teluk diperkirakan akan tetap bertahan dari tekanan harga minyak dunia. Namun, bukan berarti perekonomian Teluk kebal terhadap goncangan politik dan ketidakpastian global. “Bulan Juni dan Juli menjadi masa yang berisiko bagi kawasan Teluk karena sejumlah negara akan menyelenggarakan pemilihan umum, seperti di Turki dan Inggris,” ujar Quintana.