Sebagai orang Libya – Amerika yang tumbuh besar di Maryland selatan, Noor Tagouri mengatakan bahwa dia sering merasa “malu” untuk menjadi Muslim di masyarakat setempat.

Dari Huffington Post, Tagouri mengatakan kepada #OWNSHOW, merupakan keinginannya untuk menjadikan hijab sebagai kekuatan pendorong dalam aktivitasnya di dunia jurnalistik. “Nama saya Noor, yang memiliki arti ‘cahaya’. Dan nama tengah saya Alhuda, sehingga Noor Alhuda memiliki ‘cahaya penuntun,’ Katanya. “Nama saya sendiri yang menginspirasi saya untuk menjadi ‘cahaya penuntun’.” tuturnya
Pada tahun 2012, Tagouri mengampanyekan #LetNoorShine di media sosialnya yang memiliki arti “Biarkan Cahayamu Bersinar” – untuk menginspirasi dirinya maupun orang lain dalam mengerjar impian mereka. “Saya mulai #LetNoorShine ketika saya memutuskan dengan sangat yakin tentang apa yang saya lakukan untuk menjadi seorang wartawan berjilbab di televisi – televisi Amerika,” katanya.
Mimpi Tagouri menjadi jurnalis dimulai pada usia yang sangat dini, ketika ia menyadari bahwa ia memiliki keterampilan dan semangat untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan. “Saya tumbuh besar dan saya bertekad bahwa saya ingin menjadi seorang wartawan dengan kemauan dan kemampuan yang saya miliki karena pada dasarnya saya memiliki kemampuan untuk bercerita. Saya tidak pernah berpikir akan mengenakan jilbab ini. Tetapi ketika saya memakainya, saya memutuskan untuk tetap menjadi reporter dan ini takkan menghentikan saya.” jelasnya
Meskipun ada wartawan berjilbab lain bernama Mnar Muhawesh, seorang reporter di TV Cable Anchor. Tagouri mengatakan bahwa ini belum pernah terlihat sebelumnya di televisi komersial Amerika. Kurangnya wartawan Muslim yang berjilbab saat penayangan berita, tidak mencegah usaha Tagouri. Bahkan, terjadi sebaliknya. “Saya segera menyadari bahwa perbedaan itu menguatkan, dan saya berkembang karnanya” katanya
Namun, tidak semua orang mendukung wartawan berjilbab yang penuh semangat ini. “Sudah sering saya mendapatkan cemoohan, di mana orang-orang mengatakan bahwa saya tidak akan bisa melakukan ini, di mana orang-orang di belakang ruang berita mengatakan, ‘Dia pikir dia siapa? Apakah dia tidak tahu bahwa ini mustahil baginya?’ “kata Tagouri.
“Tapi mereka tidak menyadari bahwa generasi sekarang ini adalah generasi yang akan mendatangkan banyak perubahan dan orang-orang akan terbiasa untuk itu, keinginan akan keragaman dan mereka ingin memahami satu sama lain.” jelasnya
Direktur Masyarakat dan Urusan Publik CBS Radio, Justine Cinta, setuju. Dia telah melihat seorang Tagouri saat berumur 18 tahun. Tagouri memperlihatkan kinerja baik pada Hari AIDS Dunia beberapa tahun yang lalu dan menawarkan magang di bagian jurnalistik disana. Apa yang Tagouri anggap bahwa Tuhan yang paling utama tentang pengalaman itu telah terbukti, disaat dia berdoa untuk petunjuk kurang dari 24 jam sebelumnya.[su_pullquote align=”right”]”Namun, tidak semua orang mendukung wartawan berjilbab yang penuh semangat ini.”[/su_pullquote]
“Saya berdoa, doa yang biasa disebut Istikhaarah, yang merupakan doa meminta petunjuk. Aku berdoa malam sebelum menunjukan kualitis diri esok hari, dan saya memohon kepada Tuhan untuk memberikan saya kesempatan magang atau pekerjaan disana,” katanya.
Dengan magang CBS Radio, karir jurnalistik Tagouri mulai menanjak. “Secara harfiah, magang itu yang mengubah hidup saya,” kata Tagouri.
“Itu adalah awal mula #LetNoorShine dan ketika hal-hal baru mulai berdatangan. Itu kesempatan di balik kesempatan, dan ini hasil dari petunjuk itu, hanya dari doa itu.” tutupnya

