baju bekas
Maraknya baju bekas dari China menunjukkan wirausahawan pakaian lokal belum mampu bersaing.

Wirausahawan Indonesia Tidak Mampu Bersaing

[sc name="adsensepostbottom"]

Dengan nilai lebihnya, seorang wirausahawan Islami juga harus berani bersaing. Apalagi di masa persaingan bebas saat ini. Bagaimana cara membangun usaha yang bersaing secara Islami?

baju bekas
Maraknya baju bekas dari China menunjukkan wirausahawan pakaian lokal belum mampu bersaing.

Masyarakat Ekonomi Asean 2015 memberikan dampak yang signifikan bagi perkembangan dunia kewirausahaan di Indonesia. Hal ini menjadi peluang dan tantangan bagi semua orang, khususnya bagi para pelaku usaha yang biasa disebut wirausahawan di Indonesia. Mereka akan mengahadapi berbagai peluang dan tantangan baik bersifat internal di dalam Negeri sendiri, maupun eksternal dengan kehadiran berbagai Negara seperti China dan India.

Wirausahawan Indonesia dalam Masalah
Namun hingga saat ini kewirausahaan di Indonesia menghadapi berbagai masalah di antaranya adalah sulitnya mendapatkan modal untuk memulai atau mempertahankan usaha, kurangnya infrastruktur untuk menjalankan usaha, masalah SDM yang kurang memadai, kurangnya strategi untuk memasarkan bisnis baik di dalam dan di luar Negeri.

Pada 2012, data United Nation of Environment Program (UNEP) menunjukkan bahwa Indonesia tercatat sebagai negara paling konsumtif nomor empat se-Asia-Pasifik. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya Mall dan swalayan yang selalu ramai dibanjiri oleh konsumen asli Indonesia.

Salah satu CEO produsen smartphone pernah menyatakan bahwa seperempat lebih produksi mereka dibeli oleh konsumen yang berasal dari Indonesia, sedangkan sisanya dibeli oleh seluruh penduduk Negara yang lain. Bisa kita lihat juga saat ini banyak produk China yang membanjiri pasar Indonesia. Bahkan masih banyak orang yang mengonsumsi produk luar Negeri tanpa melihat kualitas dari produk itu, namun mengutamakan promo harga yang murah. Hal ini menunjukan betapa konsumtifnya masyarakat Indonesia.

Namun salah satu permasalahan yang terbesar yang sedang dialami Indonesia adalah mengenai produk dalam negeri yang kalah saing dengan luar negeri, di mana seharusnya Indonesia menjadi tuan rumah dalam memasarkan berbagai produknya di dalam Negeri. Bisa kita lihat banyaknya produk China yang membanjiri Negeri Indonesia, selain itu pakaian bekas impor yang lebih banyak diminati, bahkan hingga bahan pangan sehari-hari pun Indonesia terlalu banyak mengimpor dari luar Negeri.

Dalam acara penandatanganan nota kesepahaman (MOU) usaha kecil mikro di Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel pernah menyatakan bahwa dari total barang impor yang masuk ke Indonesia, sebanyak 40 persen adalah barang palsu dan berkualitas rendah.

Bahkan Dr Phillip Tierno, Peneliti Departemen Microbiology and Immunology Universitas New York menemukan jejak partikel ragi, feses, bekas ludah, bakteri kulit, dan bakteri vagina melekat pada baju-baju baru. Selain fenomena pakaian bekas impor, masih banyak produk impor lainnya yang tidak berkualitas beredar di Indonesia, misalnya seperti Apel Amerika yang sedang menjadi perbincangan di Negeri kita ini.

Hal ini menunjukan bahwa kewirausahaan Indonesia yang sedang menghadapi berbagai permasalahan yang serius, di mana produk yang lebih dipilih bukan asli buatan Indonesia, dan yang lebih parahnya adalah beberapa produk itu banyak yang tidak berkualitas serta membahayakan konsumen. Jika masyarakat Indonesia lebih memilih dan lebih mencintai produk luar Negeri maka dalam jangka panjang produk para wirausahawan asli dalam Negeri akan tersingkirkan.

Padahal produk para wirausahawan dalam Negeri banyak yang berkualitas dan layak untuk dikonsumsi, walaupun sebagian belum memiliki brand yang tinggi. Namun para wirausahawan di Indonesia menghadapi berbagai kendala dalam memasarkan dan memperkenalkan produknya di Indonesia, misalnya seperti permasalahan modal, persaingan kualitas produk, dan strategi bisnis agar usaha mereka dapat bertahan lama.

Jadilah Muslimpreneur
Maka dari itu selain semangat kewirausahaan dan persiapan modal, para wirausahawan juga memerlukan berbagai ilmu dan strategi berbisnis agar usahanya dapat bertahan lama. Hal yang tak kalah penting adalah wirausahawan Indonesia bukan sekdar mencari profit sebanyak-banyaknya namun juga dituntut untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dan tidak membahayakan para konsumen.

Salah satu solusi yang dapat diambil adalah dengan menjadi Muslimpreneur, di mana dengan menjadi Muslimprenur kita tidakan hanya diajarkan bagaiamana menjadi pelaku usaha yang bisa menghasilkan profit yang banyak, namun juga menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, bermanfaat bagi semua orang, dan juga menjunjung tinggi nilai-nilai dan etika berbisnis yang bertujuan kebaikan. Untuk itu, Anda dapat mengikuti “Be The Next Muslimpreneur”. (Humas Tazkia)