Salah satu potret UKM di Bangladesh/Sumber: worldbank.org

Bisnis Sosial ala Grameen Bank

[sc name="adsensepostbottom"]

Bangladesh, 1974. Tahun itu mungkin tak akan pernah terlupakan bagi masyarakat Bangladesh. Setelah menjalani perang kemerdekaan di tahun 1971 tak disangka negara itu mengalami rentetan bencana alam. Luka perang yang masih membekas itu kemudian diperparah dengan sejumlah bencana alam yang menyusul, mulai dari banjir, kekeringan dan angin ribut. Kelaparan massal pun tak ayal menerpa masyarakat. Kondisi itu juga menimbulkan masalah sosial di masyarakat Bangladesh, termasuk kemiskinan. Banyak orang terjerat utang untuk memenuhi kebutuhannya.

Masalah sosial yang terjadi saat itu menarik simpati seorang dosen Universitas Chittagong bernama Muhammad Yunus, yang kemudian melakukan observasi awal di suatu wilayah dekat universitas, bernama desa Jobra. Di sana ia menemukan bahwa orang miskin tercekik oleh utang rentenir. Dari sanalah kemudian bermula kisah tentang Grameen Bank yang sudah cukup banyak diulas media, apalagi setelah Yunus memperoleh penghargaan Nobel Perdamaian pada 2006.

Bermula dari sebuah desa Jobra, konsep Grameen Bank berkembang ke sejumlah negara. Bahkan hingga ke Amerika yang dikenal sebagai salah satu pusat kekuatan finansial dunia. Grameen Bank membuka cabang Grameen America di New York, dengan cabang pertama dibuka di Queens. Selanjutnya berkembang di Brooklyn, New York, Omaha, Nebraska, California dan San Francisco. Sebagian besar nasabah di negara Paman Sam itu adalah single mother yang berjuang menafkahi keluarganya.

Di Bangladesh sendiri Grameen Bank telah menyalurkan pinjaman sebesar 8,5 miliar dolar kepada the poorest dan kaum wanita. Salah satu program yang sedang dijalani Grameen di Bangladesh adalah penyediaan solar home system (sistem listrik tenaga surya) di setiap rumah. Hingga November 2012 ditargetkan jumlah rumah tangga yang menggunakan solar home system mencapai 1 juta. Namun ternyata Grameen Bank itu hanya berupa awal dari pengembangan bisnis yang disebut Yunus sebagai bisnis sosial.