Kedermawanan Menurut Islam

Kedermawanan Menurut Islam

[sc name="adsensepostbottom"]

Kedermawanan menurut Islam memiliki alasan yang kuat, yaitu iman. Memberi pun tidak sekadar pertunjukan filantropi.

Kedermawanan Menurut Islam

Sifat kedermawanan atau altruisme menyejukkan sesiapa yang melakukannya. Penderitaan Muslim pengungsi Rohingya misalnya, menggugah hati kita, sebagian dari kita pun berderma, misalnya lewat beberapa lembaga amil zakat (LAZ) yang mengirimkan bantuan dan tim kemanusiaan ke Aceh. Itulah sifat kedermawanan yang inheren dalam diri tiap mahkluk berperadaban.

Dalam buku “Al-quran dan Kesejahteraan Sosial” karya Dr. H. Asep Usman Ismail, MA (Lentera Hati: 2012), kedermawanan yang disepadankan dengan istilah Al Ihsan adalah ibadah.  Sebagaimana penulis buku ini mereferensikan hadits di bawah ini.

Dari Abu Hurairah berkata: “Pada suatu hari Rasullullah Saw berada di tengah-tengah manusia, lalu Malaikat Jibril datang kepada Beliau dan (mengajukan pertanyaan-pertanyaan), ‘Apakah iman itu? Malaikat Jibril menjawab, ‘Iman adalah Engkau meyakini Allah, para malaikat, dan perjumpaan denganNya, meyakini para Rasul dan Engkau beriman kepada kebangkitan’. Lalu Jibril bertanya, ‘Apakah Islam itu?  Malaikat Jibril menjawab, ‘Engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya, melaksanakan Shalat, membayarkan zakat yang diwajibkan, dan berpuasa Ramadhan’. Lalu Malaikat Jibril bertanya, ‘Apakah ihsan itu? Malaikat Jibril menjawab, ‘Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan Engkau melihat-Nya, meskipun engkau tidak sanggup melihat-Nya, karena Dia senantiasa melihat kamu’ (HR. al-Bukhari).

Dari hadits tersebut, buku ini mengatakan, “Akar tunjang kedermawanan dalam Islam (al-ihsan) adalah keimanan kepada Allah dengan keimanan yang tertanam kokoh pada kalbu hingga merasakan bahwa Allah Swt itu dekat, hadir, dan menyaksikan tingkah laku kita”.  Dari situs, mengalirlah motivasi untuk melakukan segala perbuatan dengan sebaik-baiknya termasuk perbuatan berbagi kepada sesama. Baca juga: Berbagi Itu Tak Hanya Uang

Al-Ihsan adalah Kebajikan yang Sempurna
Mengutip QS. Ar-Rahman (55):60, “Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan pula”, buku ini mengikuti tafsir Al Misbah dari Quraish Shihab, yang mengatakan, “Tidak ada balasan baik perbuatan yang baik (amal-amal saleh) kecuali penganugerahan yang baik pula. Ini juga menyuarakan pentingnya keimanan untuk melatari kedermawanan menurut Islam.

Perbuatan al-Ihsan Kembali Kepada Diri Sendiri
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian akibat kejahatan) itu untuk dirimu sendiri”, (QS. Al-Isra’ [17]:7).

Ditafsirkan oleh buku ini sebagai” Manfaat perbuatan ihsan, kedermawanan dan kebaikan yang sempurna menurrut as-Sa’-di, kembali kepada kamu (yang melakukannya), bukan hanya di akherat, juga di dunia”. Penulis buku ini mengambilnya dari Taysir Al-Karim Al-Rahman fi Tafsir Kalam Al-Manan karya Abd ar-Rahman bin Nashir as-Sa’di.  Sejalan dengan pendapat Sa’di, al-Qurthubi menulis, “Manfaat kebaikan kamu kembali kepada dirimu sendiri dan akibat kejahatan kamu untuk dirimu juga” yang diambil dari Al-Jami’ li Ahkam Al-Quran karya Abu ‘Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Anshari al-Qurthubi.

Kedermawanan Menurut Islam tidak Sia-Sia
Selain harus dilaksanakan dengan ikhlas dan didasarkan atas niat ibadah, kedermawanan menurut Islam bukanlah hal yang sia-sia. “Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan (QS. Hud [11]: 115).

Dan, kasih sayang Allah Swt kepada orang yang berbuat ihsan adalah dekat. “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka Bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepadaNya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan (QS. Al-A’raf [7]: 56).

Nah, sudahkah kita melakukan kedermawanan hari ini?