Hingga semester pertama 2015, total sukuk dan obligasi global bertenor lebih dari 18 bulan mengalami penurunan sebesar 27 persen.

Faktor-faktor tersebut pun meningkatkan volatilitas pada pasar keuangan global, sehingga berdampak pada penghimpunan dana melalui sukuk maupun emerging markets secara umum. Berdasar data Fitch, penerbitan sukuk turun 16 persen, sedangkan penerbitan obligasi turun 30 persen. Namun, yang perlu dicatat pada kuartal dua 2015 pangsa penerbitan sukuk meningkat menjadi 20 persen, daripada periode sama tahun lalu yang sebesar 18 persen. Baca: Pasar Sukuk 2015 Penuh Tantangan
Pembiayaan syariah pun meningkat hingga 47 persen (year-on-year) di semester pertama 2015, atau sekitar 13 persen dari total pembiayaan global. Pada kuartal dua 2015, pembiayaan syariah naik 9,5 persen. Namun, catatan tersebut menurun dari pertumbuhan di kuartal pertama yang sebesar 16,5 persen. Kendati demikian, rata-rata pertumbuhan pembiayaan syariah masih lebih baik dari tahun lalu yang sebesar tujuh persen. Sebagian besar kesepakatan pembiayaan syariah berasal dari kawasan Teluk, terutama di Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Terkait penerbitan sukuk negara, Indonesia menjadi negara penerbit sukuk global terbesar di Asia pada semester pertama 2015. Sukuk Wakalah senilai 2 miliar dolar AS tersebut bertenor 10 tahun, atau akan jatuh tempo pada 2025. Sementara, lembaga keuangan Dubai Islamic Bank dan Noor Bank pun turut meramaikan pasar sukuk dengan penerbitan sukuk masing-masing 750 juta dolar AS. Baca: Toyota dan Aeon akan Terbitkan Sukuk
Di sisi lain, pasar sukuk korporasi relatif sepi. Berdasar data Fitch, total volume penerbitan sukuk yang mendapat peringkat dari Fitch naik 7,2 persen pada kuartal dua 2015 menjadi 48,3 miliar dolar. Dari jumlah tersebut sukuk negara memiliki porsi terbesar dengan 39 persen. Diikuti oleh sukuk korporasi 34 persen, dan sukuk lembaga keuangan 27 persen.

