IDB akan Terbitkan Green Sukuk

[sc name="adsensepostbottom"]

Islamic Development Bank (IDB) mengindikasikan akan menerbitkan green sukuk dan meningkatkan pembiayaan untuk proyek yang terkait iklim.

green sukukKepala Ekonom IDB Savas Alpay, memperkirakan dana untuk menyokong pengembangan berkelanjutan dapat meningkat dari jutaan dolar menjadi miliaran dolar pada 2030. “Sumber pembiayaan tradisional tidak akan cukup. Kita harus melihat sumber non tradisional, yaitu dengan menggunakan keuangan syariah untuk memperkenalkan sumber pembiayaan baru,” ujarnya, dilansir dari Bloomberg, Senin (9/11).

Sebelumnya perusahaan asal Malaysia, Khazanah Nasional Bhd telah menerbitkan green sukuk pada November silam. Penerbitan sukuk untuk isu kemanusiaan juga telah dilakukan oleh International Financial Facility for Immunization yang berbasis di London. IDB sendiri akan mengumumkan rencana penerbitan green sukuk pada konferensi pemanasan global yang diadakan Perserikatan Bangsa-bangsa di Paris, akhir tahun ini. Baca: Sukuk untuk Proyek Imunisasi, Mengapa Tidak?

Pasar surat utang yang menyokong proyek ramah lingkungan telah berkembang di Eropa dan Amerika Serikat. Nilainya mencapai 80 miliar dolar AS. IDB sendiri punya pilot project senilai 180 juta dolar AS untuk membiayai sektor energi di 56 negara anggotanya dalam dua tahun. Sekira 25 persen dari pembiayaan energi tersebut digunakan untuk energi terbarukan. Sampai kini IDB telah berinvestasi hingga 2 miliar dolar di sektor energi.

IDB pun saat ini sedang mengukur hasil pilot project tersebut dan akan memakai “pendekatan baru” untuk pembiayaan iklim. Di tahun ini IDB turut membiayai proyek energi terbarukan di Sudan dan Bangladesh. Secara total aset keuangan syariah global mencapai 2 triliun dolar, dengan tingkat pertumbuhan 17 persen antara 2009-2014. Baca: Mengenal Sukuk Ramah Lingkungan

Chief Executive Officer Desert Technologies Nour Mousa, mengemukakan green sukuk dapat membantu mendorong proyek dan produk di negara yang memiliki industri keuangan syariah yang kuat. “Dua pertiga dari instalasi energi terbarukan diperkirakan berada di emerging markets,” ujar Mousa.