Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menarik semua buku pelajaran anak Taman Kanak-Kanak (TK) bermuatan penyebaran paham radikalisme.

Mantan Ketua Umum GP Ansor ini juga meminta pemerintah beserta pihak berwajib melakukan menyidikan, apakah ada unsur penghasutan dan penyebaran ajaran radikalisme yang kecenderungan membenarkan praktik kekerasan dengan mengatasanamakan jihad.
Wahid menegaskan, berbagai muatan sampingan juga harus diusut tuntas di antaranya doktrinasi tentang sektarisme, penghasutan, dan lainnya. Sehingga buku-buku itu harus segera ditarik karena berpotensi menjadi sarana cuci otak agar generasi bangsa mulai tertanam paham radikalisme sejak dini.
Dalam buku yang ditemukan oleh GP Ansor di Depok, berisi kata-kata yang dinilai tidak pas, di antaranya gelora hati ke Saudi, sahid di medan jihad, dan selesai raih bantai Kiai.
Kemudian, ada juga kalimat dan kata-kata ”rela mati bela agama, gegana ada dimana, bila agama kita dihina kita tiada rela, basoka dibawa lari, dan kenapa fobi pada agama.
Buku berbau unsur radikalisme ini dikemas dalam bentuk motedo belajar praktis berjudul ”Anak Islam suka membaca.” Di dalam buku tersebut terdapat 22 kalimat yang mengarahkan kepada tindakan radikalisme. Buku itu dicetak pertama pada 1999 dan sudah dicetak ulang 167 kali hingga tahun 2015 lalu.
Adapun penerbit buku ”Anak Islam suka membaca,” itu adalah Pustaka Amanah, beralamat di Jalan Cakra Nomor 30 Kauman, Solo, Jawa Tengah. Penulisnya yakni Murani Musta’in.
”Penulis buku Anak Islam suka membaca itu Musta’in, istri dari Ayip Syafruddin yang merupakan pimpinan kelompok Laskar Jihad di Solo,” kata Sekjen GP Ansor Adung Abdurrochman.

