Meningkatnya jumlah pelancong Muslim, membuat maskapai berbasis syariah bermunculan. Mereka saling berebut pasar wisata halal.

Managing Director Rayani Air, Jaafar Zamhari, mengatakan, maskapai yang mulai beroperasi sejak 20 Desember 2015 lalu ini, memang baru melayani lima rute domestik. Namur, pada 2017, berencana mulai melayani rute internacional. “Untuk itu, sumber-sumber dana mulai dicari, baik dari pinjaman maupun investor termasuk pertambangan sumber dana dari pasar modal,” kata Jaafar, seperti dilansir dari Bloomberg, Senin (25/1).
Menurutnya, setelah memiliki dua pesawat boeing 237-400, Rayani Air akan menambah dua pesawat boeing 737-800 untuk layanan tahun depan. Rayani Air, akan terbang ke Manila, Yakarta, Pruket, dan Tiruchirapaillin di Selatan India.
Rayani Air, yang mayoritas kepemilikannya dipegang pasangan suazi istri, Ravi Alagendrran dan Karihiyani Govindan, yang merupakan bos pengusaha logam Terus Maju Metal, ini bermodal 1,1 juta dólar Amerika Serikat (AS). Mereka juga ingin melayani rute penerbangan Eropa dan jamaah haji dalam 10 tahun ke depan
Menurut Riset Crescent Rating dan MasterCard, langkah Rayani Air tidaklah mengherankan, lantaran belanja wisatawan Muslim yang hanya 145 miliar dólar AS pada 2014 akan meningkat menjadi 200 miliar dólar AS pada 2020. Ini pula yang menggoda Saudi Arabian Airlines mempertimbangkan penawaran saham perdana mereka ke Publik.
[bctt tweet=”Belanja turis Muslim diperkirakan meningkat dari USD 145 miliar pada 2014 menjadi USD 200 miliar pada 2020″]
Sementara, Emirates dan Garuda Indonesia mensual sukuk dengan total 12 miliar dólar AS sejak 2008. AirAsia Bhd menyiapkan penerbitan sukuk untuk menjaring dana satu miliar ringgit. Dalam laboran keterbukaan bursa efek, AirAsia Bhd menyampaikan penggunaan dana itu ditujukan untuk modal kerja, pembiayaan kembali sejumlah pinjaman, pemenuhan ekuitas, investasi korporasi, dan pengeluaran lain.
“Pelancong Muslim akan mencari maskapai mana yang memenuhi kebutuhan mereka. Ini jelas potensi bisnis bagi maskapai,” kata CEO Riset Crecent Rating Fazal Bahardeen.
Fazal mengungkapkan, peluang yang sama juga ditangkap negara-negara mayoritas non Muslim. Maskapai syariah berbasis di Inggris yang didirikan pengusaha Bangladesh, Kazi Shafigur Rahman, dikabarkan juga akan mulai beroperasi pada 2016 ini untuk melayani rute Asia Selatan.
[bctt tweet=”Turis Muslim akan mencari maskapai yang memenuhi kebutuhannya. Ini potensi bisnis bagi maskapai #halal”]
Di sisi lain, menurut perusahaan konsultan bisnis Malaysia, Amanah Capital Group Ltd, maskapai syariah juga menghadapi tekanan yang sama dengan maskapai biasa. Malaysia Airlines Bhd, yang tarifnya setara dengan Rayani Air merumahkan 6000 karyawan pada Juni tahun 2015 lalu, dan melakukan efisiensi hingga 20 persen pascadua tragedi pada 2014.
”Namun tantangan terbesar maskapai syariah adalah bagaimana menjaring pasar non Muslim. Ini soal memberi persepsi yang benar soal syariah dengan mutu layanan yang kompetitif bagi siapa saja,” ungkap CEO Amanah Abas Al Jalil. Baca: Rayani Air, Maskapai Halal dari Malaysia.

