Pasar modal syariah terus berkembang di Indonesia dengan jumlah investasi yang bertambah setiap tahun. Namun dari sisi jumlah perusahaan yang listing belum banyak lembaga keuangan syariah yang melakukan aksi korporat tersebut. Oleh karena itu Bursa Eefek Indonesia pun mendorong perusahaan termasuk lembaga keuangan syariah untuk melakukan listing.

Direktur Pengembangan Pasar Bursa Efek Indonesia, Friderica Widyasari Dewi, mengatakan pihaknya terus berupaya mendorong perusahaan di Indonesia untuk melakukan listing di BEI. Khusus untuk instrumen investasi syariah pun regulator memberikan fee yang lebih rendah untuk annual dan listing fee. “Kami menilai dengan akan hadirnya Masyarakat Ekonomi ASEAN tentu perusahaan swasta sampai perusahaan BUMN harus listing di pasar modal agar menjadi lebih kompetitif,” kata Friderica. Untuk industri keuangan syariah baru Bank Panin Syariah yang melakukan listing pada bulan Januari lalu.
Friderica mengakui saat ini demand untuk penerbitan sukuk tidak tinggi dan masih ada kebutuhan untuk mengedukasi issuer dan investor. “Kami melihat banyak kasus dimana issuer pertama kali tertarik untuk menerbitkan sukuk tapi pada akhirnya malah menerbitkan obligasi konvensional, jadi dalam menumbuhkan pasar sukuk ini tetap harus mengedukasi investor dan issuer,” ujar Friderica.
Menanggapi dorongan BEI untuk listing di bursa, Direktur Keuangan Bank Muamalat Indonesia, Hendiarto, mengatakan pihaknya masih akan melihat situasi perekonomian secara umum. Sebelumnya Bank Muamalat telah memiliki rencana untuk melakukan listing, namun kondisi peronomian yang kurang mendukung pada tahun lalu membuat pihaknya urung melakukan listing dan akhirnya pemegang saham eksisting melakukan top up porsi kepemilikan sahamnya. “Dengan pemegang saham eksisting top up itu, modal kami sudah cukup sampai dua tahun jadi kami belum ada rencana untuk listing dalam dua tahun ke depan,” kata Hendiarto.
Bank Muamalat menargetkan modal inti mencapai Rp 5 triliun, dan sampai saat ini jumlahnya telah mencapai Rp4,4 triliun. “Pada Januari 2015 kami menargetkan jumlah modal inti sebesar Rp 5 triliun sudah tercapai,” tegas Hendiarto.
Sukuk Global
Wakil Menteri Keuangan RI, Bambang P Brodjonegoro, mengatakan dalam setiap penerbitan sukuk global pemerintah selalu menerima respon yang baik dari para investor baik di Eropa, Asia, Amerika maupun pasar domestik. Pada penerbitan sukuk global tahun lalu jumlahnya pun semakin meningkat dengan total penerbitan 1,5 miliar dolar AS. Pemerintah pun masih akan tetap menerbitkan sukuk global berdenominasi dolar. Ditanya mengenai kemungkinan penerbitan sukuk dengan denominasi mata uang selain dolar AS, Bambang mengutarakan bahwa pihaknya masih akan melihat perkembangan pasar ke depan. “Kecuali ada demand yang besar untuk mata uang lain seperti Euro itu mungkin ke depannya, tapi saat ini sukuk global masih akan berdenominasi dolar,” kata Bambang.
Sementara untuk sukuk domestik akan difokuskan pada penerbitan project based sukuk. “Dari perspektif syariah ada yang melihat penerbitan aset based sukuk lebih sesuai syariah daripada aset backed sukuk, jadi itu yang akan dilakukan pemerintah ke depan,” ujar Bambang.
Deputi Direktur Pengelolaan Transaksi Direktorat Pembiayaan Syariah Kementerian Keuangan, Wien Irwanto, mengatakan setiap tahun pemerintah selalu meningkatkan target penerbitan sukuk untuk menambah suplai instrumen sukuk di pasar. Jika di tahun ini pemerintah menargetkan penerbitan sukuk sejumlah Rp 60 triliun, pada tahun 2015 pemerintah menatgetkan penerbitan sebesar Rp 63 triliun. Namun yang menjadi tantangan dari pasar sukuk di Indonesia adalah investor sukuk yang sebagian besar masih didominasi oleh lembaga keuangan konvensional, sementara bank syariah hanya mencatat porsi lima persen.

