pendidkan ekonomi syariah malaysia

Pendidikan Ekonomi Syariah di Malaysia Lebih Membuka Diri

[sc name="adsensepostbottom"]

Berbicara mengenai ekonomi syariah tak hanya mengenai industri keuangan syariah semata. Tetapi juga mengenai membangun sumber daya manusia melalui pendidikan berkualitas. Indonesia dan Malaysia punya sejumlah institusi pendidikan yang menyelenggarakan studi ekonomi syariah.

Mahasiswa Indonesia di INCEIF, Malaysia ini berpendapat tentang beda keuangan syariah Indonesia dan keuangan syariah Malaysia

pendidkan ekonomi syariah malaysia
Nurhastuty K. Wardhani, INSPIRE. Foto: Pribadi

Co Founder dan CEO Inspire, Nurhastuty K Wardhani pun berbagi pendapatnya mengenai sistem pendidikan di kedua negara tersebut berdasar dari pengalamannya studi di negara jiran dan kini juga mengabdi sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di Indonesia. Berikut petikan wawancaranya kepada MySharing melalui pesan elektronik:

Dalam pandangan Anda, secara umum bagaimana sistem pendidikan ekonomi syariah di Indonesia dan di Malaysia? Apa saja yang membedakannya?
Secara umum, sistem pendidikan ekonomi syariah baik di Indonesia dan di Malaysia cukup baik mulai dari kurikulumnya, dosen atau tenaga pengajarnya, risetnya, dan gelar atau sertifikasi pendidikannya.

Saya pribadi sejak S1 saya perhatikan beberapa kampus seperti Tazkia atau Hamfara telah memiliki komitmen yang serius dalam pengembangan keuangan syariah di Indonesia dan ketika saya studi di Malaysia, saya semakin menyadari beberapa universitas negeri seperti UNAIR, UI dan universitas swasta Trisakti benar-benar serius mengembangkan keuangan syariah mulai dari D3, S1 hingga S3. Dosen pengajar keuangan syariah di Indonesia yang menarik ada yang berasal dari latar belakang pendidikan konvensional yang akhirnya serius mengajar, menulis dan meneliti tentang keuangan syariah tetapi banyak juga yang menuntut ilmu keuangan syariah di Malaysia dan beberapa di Inggris. Untuk riset, jika melihat paper-paper Forum Riset Perbankan Syariah yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia sangat berkualitas hanya saja karena mungkin hanya disimpan di database Bank Indonesia dan kurang dipublikasikan secara internasional di seminar-seminar internasional, dunia mengira karya ilmiah keuangan syariah di Indonesia sangat sedikit, padahal tidak.

Hal yang membedakan sistem pendidikan keuangan atau ekonomi syariah di Indonesia dengan Malaysia sebenarnya hanya masalah eksposure internasional saja. Para tenaga pengajar atau akademisi Malaysia cukup gencar untuk publikasi di jurnal-jurnal internasional baik konvensional atau jurnal khusus keuangan syariah milik Emerald Middle East misalnya.

Jika ada yang berbeda, menurut pendapat Anda, apa penyebabnya atau faktor-faktor pembedanya? Mengapa?
Sebenarnya hal yang membedakan sistem pendidikan keuangan dan ekonomi syariah di Malaysia dengan Indonesia yaitu dari sistem pendidikannya itu sendiri. Hal yang paling mendasar misalnya insentif bagi dosen untuk menghasilkan karya tulis sangat kurang di Indonesia. Kecenderungan dosen di Indonesia memiliki banyak pekerjaan di luar akademisi atau banyak proyek bagi yang memegang “lahan basah” atau terlalu banyak kelas yang diajar di beberapa universitas. Maaf, seperti sudah jadi rahasia umum bahwa dosen hanyalah second job di Indonesia sementara pekerjaan utamanya mungkin di lembaga pemerintahan, di perusahaan sebagai komite, dewan pengawas, dewan direksi dan lainnya sehingga dunia riset di Indonesia masih jauh kuantitas dan kualitasnya dari negara-negara maju atau negara Barat. Untuk konteks sistem pendidikan yang paling mendasar ini, setidaknya Malaysia lebih mengapresiasi dosen dari aspek insentif baik sebagai tenaga pengajar dan sebagai peneliti sehingga dosen fokus dengan karya-karya ilmiah yang kuantitasnya cukup banyak di internasional meski kualitasnya hanya beberapa yang menembus top jurnal. Maklum, menembus top jurnal biasanya didominasi oleh negara-negara Asia Timur seperti Jepang, Hongkong atau negara-negara Eropa dan Amerika Serikat.