Bank Indonesia (BI) telah menetapkan suku bunga acuan tetap berada di level 7,5 persen. Tercatat sudah tujuh bulan lamanya BI menetapkan suku bunga di level tersebut, sejak November 2013. Menilik dari tren suku bunga yang tetap di level tersebut, sejumlah instrumen investasi yang dinilai dapat memberikan return maksimal pun dilirik.

Perencana keuangan independen Zelts Consulting, Ahmad Gozali, mengatakan di saat suku bunga BI masih tinggi saat ini, maka instrumen investasi yang cocok adalah surat berharga. Sementara properti dinilai tidak terlalu menarik dan emas nilainya cenderung flat dalam dua tahun terakhir.
Kendati demikian, Gozali menganjurkan agar masyarakat punya beragam instrumen investasi sehingga bisa mendiversifikasi risiko. “Seluruh instrumen investasi sebaiknya harus punya, minimal untuk cadangan. Jadi properti, emas, reksadana dan instrumen investasi lainnya tetap harus ada,” katanya, kepada mysharing. Pemilihan dan porsi penempatan dana ke instrumen investasi pun tetap harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing investor. Yang jelas, jangan menaruh dana di satu tempat yang sama. Don’t put your eggs in one basket.
Lalu bagaimana dengan penempatan prioritas keuangan setelah menerima gaji setiap bulan? Menurut Gozali, hal yang pertama yang dilakukan adalah dengan mengubah tujuan dan mindset dalam mengelola uang. “Saat mengalokasikan untuk kebutuhan sehari-hari lalu ada sisa baru ditabung, itu akan menjadi negatif karena ada kata ‘sisa’. Maka harus diubah, jangan memakai kata sisa, tapi uang harus dihabiskan di jalan yang benar. Dalam hal ini alokasi uang,” jelas Gozali.
Ia menuturkan yang menjadi prioritas utama dalam alokasi uang adalah memberi sedekah, kemudian membayar utang (jika punya), menabung, dan yang terakhir untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mengapa sedekah menjadi prioritas yang pertama? Menurut Gozali, dengan memberikan sesuatu ke orang lain melalui sedekah (termasuk zakat dan kegiatan filantropi lainnya), maka akan memberikan efek secara emosional yang jauh lebih dahsyat kepada si pemberi. “Karena dengan memberikan sesuatu untuk ke orang lain akan membuat kita merasa kaya dan bahagia,” tukas Gozali.

