Investasi manulife
Direktur Pengembangan Bisnis Manulife Aset Manajemen Indonesia, Putut Endro Andanawarih, dalam pemaparan Manulife Investor Sentimen Index (MISI) kuartal I 2014, Selasa (10/6).

Ekonomi Kondusif Dongkrak Sentimen Positif Investasi

[sc name="adsensepostbottom"]

Kondisi perekonomian Indonesia yang membaik akhir-akhir ini turut mendongkrak sentimen positif investor terhadap instrumen investasi.

Direktur Pengembangan Bisnis Manulife Aset Manajemen Indonesia, Putut Endro Andanawarih mengatakan kondisi ekonomi Indonesia pada triwulan I 2014 menyebabkan optimisme investor. Pada tiga bulan pertama tahun ini Indeks Harga Saham Gabungan menguat 11,56 persen, pasar obligasi naik 4,96 persen, rupiah terapresiasi 6,66 persen menjadi Rp 11.361, neraca berjalan di 2013 yang sempat defisit sampai 4,4 persen pun membaik dimana di kuartal I menjadi 2,06 persen, dan inflasi turun 7,32 persen.

Investasi manulife
Direktur Pengembangan Bisnis Manulife Aset Manajemen Indonesia, Putut Endro Andanawarih, dalam pemaparan Manulife Investor Sentimen Index (MISI) kuartal I 2014, Selasa (10/6).

Minat beli investor asing ke pasar modal juga naik. Total dana asing yang masuk lebih dari Rp 24 triliun, dimana angka ini jauh lebih besar dibanding dana asing yang keluar dari Indonesia sebesar Rp 21 triliun. “Sentimen investor indonesia terhadap investasi positif,” ujar Putut dalam pemaparan Manulife Investor Sentimen Index (MISI) kuartal I 2014, Selasa (10/6).

Dilihat dari kelas asetnya, sentimen investasi investor terhadap reksadana dan saham membaik, dimana kenaikannya masing-masing 31 poin dan 14 poin. Hal ini disebabkan karena kondisi pasar stabil dan membaik. “Namun investor Indonesia belum memiliki saham atau reksadana dalam portofolio investasi mereka. Investor tetap memiliki sentimen positif terhadap dana tunai, rumah tinggal dan properti lainnya,” jelas Putut.

Ia memaparkan produk keuangan yang dipilih dan digunakan investor saat ini adalah 95 persen dana tunai, 78 persen rumah, dan hanya 1 persen reksadana/lainnya. “Jadi walaupun sentimen terhadap reksadana dan saham mengalami peningkatan paling tinggi tetapi tidak menjadi pilihan investasi investor. Investor tetap melanjutkan kebiasaan mereka dengan menyimpan yang di tabungan dan deposito. Ini artinya mereka melewatkan kesempatan investasi untuk memperoleh imbal hasil yang lebih baik dalam jangka panjang,” kata Putut.

Menurut Putut, masyarakat harus mulai mempertimbangkan untuk menginvestasikan uang mereka dari sekarang. “Dan tentunya reksadana dapat menjadi salah satu kendaraan investasi yang paling mudah dan sangat terjangkau bagi semua orang,” pungkas Putut.