pasar keuangan

Indo Premier Targetkan Dana Kelolaan ETF Syariah Rp 200 M

[sc name="adsensepostbottom"]

Indo Premier Investment Management (IPIM) menargetkan dana kelolaan Reksa Dana Syariah Premier Exchange Trade Fund Jakarta Islamic Index (ETF JII) hingga Rp 200 miliar dalam satu tahun ke depan. ETF Syariah pertama di Indonesia ini sampai sekarang telah menghimpun dana kelolaan sebesar Rp 100 miliar.

pasar keuanganDirektur IPIM, Ernawan R Salimsyah, mengatakan sejak pertama kali launching pada 30 Maret 2013 lalu, instrumen investasi berkode XIJI ini telah menunjukkan performa di atas reksadana syariah lainnya. “Walau berdasar indeks bukan berarti jelek performanya. Dalam 1 tahun ETF syariah punya return 3,89 persen, dan year-to-date sebesar 17,39 persen,” cetus Ernawan kepada mysharing, usai buka puasa IPIM bersama media, Kamis malam (3/7).

Untuk mencapai target dana kelolaan sebesar Rp 200 miliar dalam satu tahun mendatang, Ernawan menuturkan tiga langkah yang akan dilakukan. Pertama, menjangkau investor luar (institusi luar negeri) yang memerlukan eksposur langsung ke pasar saham Indonesia. Ernawan mengungkapkan selama ini banyak perusahaan luar negeri tidak melakukan investasi secara langsung, namun melalui anak usahanya yang ada di Indonesia.

Kedua, roadshow ke lembaga keuangan syariah yang memerlukan instrumen investasi syariah. Ketiga, terus memperkenalkan ETF bukan semata hanya investasi sesuai prinsip syariah. “Jadi kami memberi pandangan bahwa jika suku bunga sedang naik, saham yang related dengan suku bunga akan turun. ETF syariah menjadi tempat untuk berlindung, investasinya pun aman,” ujar Ernawan.

Ia menambahkan saham yang berada di JII tak ada yang terkait dengan saham industri keuangan, dan sebagian besar berupa saham pertambangan dan agrikultur. “Kalau inflasi sedang tinggi, maka harga komoditas juga tinggi sehingga revenue naik,” kata Ernawan. Hal tersebut pun akan berpengaruh terhadap performa indeks syariah.

Ia pun melanjutkan saat ini sebagian besar investor ETF syariah (sekitar 90 persen) adalah investor institusi, dan sisanya ritel. Ernawan menilai membutuhkan waktu yang agak lama untuk membesarkan pasar ritel. Pasalnya agar dapat menarik minat ritel setidaknya harus ada banyak unit yang diperdagangkan.

Ernawan menuturkan kendala dalam memperkenalkan ETF syariah terletak pada proses investasi masing-masing calon investor yang belum mengakomodasi ETF sebagai instrumen investasi. “Dari investor institusi ada yang belum adaptasi terhadap ETF sehingga belum memutuskan untuk investasi disana,” ujar Ernawan. Transaksi ETF syariah XIJI di pasar sekunder masih terbilang kecil, yaitu antara 5-10 lot. Sedangkan di pasar primer sekitar Rp 80 miliar per hari.