Keteladanan Nabi Musa dan Nabi Yusuf bisa dijadikan cerminan para profesional muda untuk berkarir di lembaga keuangan syariah.

Kepala Cabang Bank Muamalat Medan, Iman Ni’matullah menyatakan, bahwa keteladanan Nabi Musa yang kuat, gagah berani dan amanah, bisa ditiru ketika mengawali bekerja di lembaga keuangan syariah.
Iman mengutif dalam Al Qur’an tentang Nabi Musa yang bertemu dengan dua perempuan yang sedang menggembala kambing. Salah seorang dari perempuan yang berdua itu berkata :”Wahai ayah, ambillah dia menjadi orang upahan (menggembala kambing kita); sesungguhnya sebaik-sebaiknya orang yang ayah ambil bekerja ialah yang kuat, lagi amanah.” (QS.Al-Qoshos:26).
Ayat tersebut merupakan cuplikan kisah Nabi Musa sebelum diutus nabi pernah menggembala kambing sebagai bayaran penganti mahar untuk menikahi anak gadis nabi Syu’aib. Dalam untaian ayat itu pun tergambar, kedua perempuan itu telah menyaksikan kejujuran Nabi Musa, kemaskulinan (kelaki-lakiannya) dan kebaikan akhlaqnya dengan tidak meminta upah sedikit pun sesaat setelah Nabi Musa membantu kedua perempuan itu menggembala kambing. Oleh karenanya jadilah dalam pandangan mereka berdua, Musa sebagai sebaik-baik pemuda.
Apa yang dirasakan kedua perempuan itu, dirasakan pula oleh ayahnya. Memang benar, Nabi Musa adalah prilaku jujur dan amanah. Agar keberadaan Musa yang tinggal di rumahnya, tidak mengundang gunjingan tetangga, maka orangtua itu pun menikahkan salah satu anak perempuannya dengan Nabi Musa. Berkatalah orangtua tersebut :”Sesungguhnya aku bermaksud ingin menikahkan engkau dengan seorang dari kedua anak perempuanku, dengan ketentuan bahwa engkau bekerja padaku selama delapan tahun dan jika engkau sempurnakan sepuluh tahun, maka adalah suatu kebaikan darimu, dan aku tidak bermaksud memberatkan engkau. Insya Allah engaku mendapatiku termasuk orang yang baik.”( QS. Al-Qoshos:27).
Musa menerima perjanjian itu, dan berkata “ Itu perjanjian antara aku dan engkau, yang mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku lagi, dan Allah menjadi saksi atas apa yang kita ucapkan.”(Al-Qoshos :29)
Iman menuturkan awal bekerja di lembaga keuangan syariah adalah fase kita belajar, karena kita kuat menjalankan ujian. Gaji masih kecil, beban terasa berat, atasan yang menekan. Tapi kuat dan bertahanlah, seperti tergambar dalam kisah perjalanan Nabi Musa yang kuat, gagah berani dan amanah.
“Bangunlah kepercayaan, jangan sesekali penghianati perusahaan dan tidak melawan atasan, sepanjang perintah mereka tidak menyalahi aturan syariah dan regulasi. Jadilah karyawan yang kuat (Al Qawiyyu) dan dapat dipercaya (Al Amiinu) ,” kata Iman, dalam diskusi Panel Mempersiapkan Diri Menghadapi Tantangan Dunia Kerja di Bidang Keuangan Syariah, di Forum Riset Keuangan Syariah 2014, Kamis (16/10).
Dikisahkan pula dari Abu Harairah radliallahu ‘anhu dari Nabi Sahallalahu ‘alaihi wasallam bersabda :” Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi melainkan dia mengembalakan kambing”. Para sabahat bertanya:”Termasuk engkau juga?” Maka beliau menjawab:” Ya, aku pun mengembalakannya dengan upah beberapa Qiroth untuk penduduk Mekkah”. (H.R. Bukhari).
“Pengembala kambing mesti orang yang kuat dan terpercaya. Alumni Forum Silaturahmi Studi Ekonomi Islam (FOSSEI) juga orang-orang pemberani dan terpercaya dalam pengembangkan lembaga keuangan syariah di Indonesia. Demikian pula para professional muda yang akan memulai karir harus menjaga amanah,” kata alumni FOSSEI ini.
Dalam menjalani fase belajar disaat meniti karir di lembaga keuangan syariah, Iman menyarankan agar para professional yakni sarjana lulusan ekonomi syariah dari berbagai perguruan tinggi bisa mencontoh kisah Nabi Yusuf. “Keteladanan Nabi Yusuf ketika mengabdikan diri pada kerajaan Mesir, bisa ditiru untuk mewujudkan kompetensi dan kualitas diri berkarir di lembaga keuangan syariah,” ujar Iman.
Iman mengutif surat dalam Al Qur’an tentang kisah Nabi Yusuf. Ia merujuk pada Nabi Yusuf yang mengatakan “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan.” (Yusuf 12:55).
Penjelasan Iman, tentang perkataan Nabi Yusuf agar menjadikan beliau sebagai bendaharawan negeri Mesir adalah jawabannya ada pada firman Allah SWT “Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan.” Beliau memintanya demi mewujudkan maslahat ini yang tidak mungkin dilakukan orang lain, yaitu menjaga harta dengan sempurna, mengetahui segala sisi yang terkait dengan perbendaharaan tersebut, baik pengeluaran, pembelanjaan maupun penegakan keadilan yang sempurna.
Maka, ketika beliau melihat sang raja mendekatkan dirinya kepadanya dan mengutamakannya atas raja itu sendiri, serta pada kedudukan yang tinggi. Maka menjadi wajib baginya untuk memberikan pengarahan yang sempurna bagi raja maupun rakyat. Ini adalah suatu keharusan dalam tugas Nabi Yusuf.
Oleh karenanya, ketika Nabi Yusuf melakukan tugas menjadi perbendaharaan Mesir. Beliau sangat berusaha untuk menguatkan pertanian, sehingga tidak tersisa satu tempat pun dari tanah Mesir dari ujung ke ujung yang pantas untuk ditanami selama tujuh tahun. Kemudian beliau bentengi dan jaga dnegan penjagaan sangat ajaib. Tak lama datanglah, tahun paceklik. Manusia sangat menbutuhkan pangan. Nabi Yusuf menimbang dengan penuh keadilan, sehingga beliau larang para pedagang untuk membeli makanan, khawatir mendesak orang-orang yang butuh. Maka terwujudlah dengan itu maslahat yang banyak dan manfaat yang tidak terhitung bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Dari ayat tersebut, terdapat pelajaran yang dapat dipetik yaitu: Nabi Yusuf tidak meminta kemimpinan, namun ditawarkan kepada beliau, sebagaimana ditunjukkan oleh ayat tersebut. Terangkai dalam ucapan beliau “Jadikan aku bendaharawan negeri Mesir, adalah keterangan tentang spesialisasinya dan pilihannya. Sehingga jika diperlukan, seseorang harus menyatakan kemampuan-kemampuannya dan dengan suka rela menduduki jabatan dan mengembang tugas-tugas penting.
Nabi Yusuf juga aman dari tekanan peraturan negara (Mesir) dan dipersilahkan untuk mengamalkan syariat Islam. Beliau juga mendapat persaksian kesucian di mana beliay juga seorang Rasul. Sehingga tidak dikhawatirkan pada beliau apa yang dikhawatirkan pada orang lain.
Dalam meniti karir di lembaga keuangan syariah, selayaknya mampuni seperti teladan Nabi Yusuf . Menurut Iman, setelah cukup pengalaman di lembaga keuangan syariah, kesempatan terbuka lebar untuk meniti karir. Tak ada salahnya kita mengejar posisi yang lebih tinggi, sepanjang kita punya integritas (Haffidzhun) dan kapasitas (Aliimun).
“Bahkan Nabi Yusuf pun meminta dijadikan bendaharawan negara Mesir, karena siapapun mengakui bahwa beliau adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan. Jadi dalam bekerja di lembaga keuangan syariah, kita harus menjaga amanah dan kepercayaan jangan korupsi,” pungkas Iman.

