Hafiz Indonesia Belum Ideal

[sc name="adsensepostbottom"]

Berdasarkan data kementerian Agama tahun 2011, hanya ada tujuh hingga delapan ribu hafiz atau penghapal Al-Quran di Indonesia. Ini menandakan bahwa jumlah hafiz di negara yang mayoritas Muslim terbesar di dunia ini sangat tidak ideal. Lantaran tak ada satu persen dari 250 juta penduduk Indonesia.

anak ngajiKetua Perwakilan Badan Tahfidz Al-Qur’an International, Ustand Effendy Anwar menuturkan, angka tersebut jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara lain, bahkan dengan negeri yang mayoritas penduduknya non-Muslim. “Sebenarnya, umat Islam di Indonesia sangat berpotensi menjadi hafiz dan hafizah,” kata Ustand Effendy, dalam acara UI Islamic Book Fair, di Depok Jawa Barat, Kamis (27/11).

Ia mengungkapkan, ada hambatan yang membuat jumlah hafiz tersebut sangat jauh dari ideal. Salah satunya, adalah umat Muslim Indonesia belum bisa memaksimalkan potensi untuk motivasi mencetak penghapal Al-Qur’an.

Namun, Effendy mengakui, bahwa dalam beberapa waktu terakhir minat dan animo sejumlah kalangan terhadap Al-Qur’an semakin besar. Terbukti,   sudah banyak lembaga yang tidak mampu lagi menampung orang yang ingin menghapal Al-Qur’an. Padahal, sekarang ini  banyak umat Islam dari lintas generasi  yang tertarik menghapal dan memahami makna Al-Qur’an.

Untuk menambah jumlah hafiz, menurut Effendy  diperlukan konsistensi.  Dan meskipun  diawal terasa beban, namun lama-kelamaan terasa nikmat dan membahagiakan. “Karena diawali dari menghapal sedikit dulu, lalu menikmati hingga ketagihan membaca Al-Qur’an,” tegasnya.

Tips menghapal Al-Qur’an

Untuk mempermudah menghapal Al-Qur’an, dibutuhkan metode pengajaran yang tepat. Biasanya, proses hapalan bisa dimulai dengan mengamati dan menirukan mereka yang sedang membaca Al-Qur’an (bertilawah). “Biasanya kalau sudah mendengar, nanti akan melihat dan tahu maknanya,” kata Ustandzah Sarmini, penulis buku Alhamdulilah Balitaku Khatam Al-Qur’an.

Ia menjelaskan, untuk anak-anak ada metode tersendiri yang berbeda. Umumnya, mereka harus dibimbing hingga bisa menirukan. Sehingga tanpa sadar sudah 80 hingga 90 % menghapal isi dan kandungan Al-Qur’an.

Yang penting, kata Sarmini, syaratanya anak harus sudah bisa membaca. Nanti pelan-pelan baru bisa dilepas dan diawali dengan membaca satu halaman Al-Qur’an.”Kalau sudah terbiasa, lama-lama bisa,” katanya. Ia mengungkapkan,   intinya seorang yang ingin belajar menghapal Al-Qur’an harus banyak membaca dan mendengarkan lain bertilawah. Selain itu, harus banyak interaksi dan penggunaan metode yang diterapkan oleh seorang ustand. Sehingga secara tidak langsung dapat menarik minat anggota keluarga lainnya, untuk ikut mempelajari dan mendalami Al-Qur’an.