Kementerian Keuangan

Realisasi Ekonomi Makro di 2014 Meleset Dari Target

[sc name="adsensepostbottom"]

Realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2014 meleset dari asumsi awal. Begitu pula dengan tingkat inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar, dan lifting minyak.

Kementerian Keuangan
Kementerian Keuangan

Menteri Keuangan, Bambang P Brodjonegoro, mengatakan realisasi pertumbuhan ekonomi seperti yang sudah diprediksi paling tinggi proyeksinya sampai akhir tahun 2014 sebesar 5,1 persen, atau lebih rendah dari target 5,5 persen. “Ini terkait kondisi global dan domestik dimana besarnya defisit neraca transaksi berjalan membuat kebijakan ketat jadi pertumbuhan terkendala dan tidak bisa diharapkan, sementara inflasi di luar perkiraan di mana sepanjang 2014 mencapai 8,36 persen atau lebih tinggi dari target inflasi di APBNP yang sebesar 5,3 persen,” kata Bambang dalam Konferensi Pers Perkembangan Ekonomi Makro Terkini dan Realisasi APBNP 2014, Senin (5/12). Baca juga: Harga BBM Dongkrak Inflasi Hingga 7,5%

Selanjutnya, realisasi rata-rata nilai tukar ternyata lebih lemah dengan rata-rata setahun Rp 11.878, melemah dari target dalam APBNP yang sebesar Rp 11600. Bambang menuturkan depresiasi nilai tukar rupiah antara lain dipengaruhi oleh faktor internal seperti tingginya defisit neraca pembayaran dan faktor eksternal khususnya rencana kenaikan suku bunga Amerika Serikat. Sementara, realisasi rata-rata lifting minyak mentah Indonesia dalam periode Desember 2013 sampai November 2014 mencapai 794 ribu barel per hari, di bawah target APBNP yang sebanyak 818 ribu barel per hari.

Kendati unsur di atas belum memenuhi target, pemerintah dapat menekan defisit anggaran dalam pelaksanaan APBNP 2014. Realisasi pendapatan negara tercatat Rp 1.537,2 Triliun dan realisasi belanja negara Rp 1.764,6 Triliun, sehingga defisit tercatat 2,26 persen atau lebih rendah dari target defisit anggaran dalam APBNP 2014 yang sebesar 2,4 persen. “Dengan realisasi defisit anggaran sebesar Rp 227,4 Triliun dan realisasi pembiayaan anggaran mencapai Rp 246,4 Triliun, maka terdapat sisa lebih pembiayaan anggaran sekitar Rp 19 triliun,” ungkap Bambang.

Realisasi pendapatan negara di 2014 mencapai 94 persen dari rencana dalam APBNP 2014 yang sebesar Rp 1.635,4 Triliun. Dari jumlah realisasi tersebut, penerimaan perpajakan mencapai Rp 1.143,3 triliun, atau 91,7 persen dari target yang ditetapkan sebesar Rp 1.226,1 triliun. Belum tercapainya target penerimaan pajak dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi di sektor industri pengolahan dan pertambangan, pelemahan impor dan penurunan harga crude palm oil (CPO) di pasar internasional.

Di sisi lain, kinerja penerimaan negara bukan pajak (PNBP) mencapai target 101 persen dengan realisasi Rp 390,7 Triliun. Tingginya realisasi tersebut bersumber dari penerimaan PNBP sumber daya alam minyak dan gas. Seluruh target PNBP dalam APBN 2014 terlampaui kecuali penerimaan dari non migas yang berasal dari mineral dan batubara, serta kehutanan.

Sementara, realisasi belanja negara mencapai 94 persen dari pagu belanja negara yang sebesar Rp 1.876,9 triliun. Realisasi belanja pemerintah pusat sebanyak 93 persen dari pagu Rp 1.280,4 triliun. Penyerapan ini dipengaruhi upaya peningkatan efisiensi belanja kementerian/lembaga (K/L), termasuk kebijakan penghematan anggaran dinas dan paket rapat akhir 2014, serta pengendalian belanja non K/L. Baca juga: Pemerintah Berjudi dengan Pemangkasan Subsidi