baca novel bikin lebih cerdas

Membaca Novel, Bikin Lebih Cerdas

[sc name="adsensepostbottom"]

Peneliti menemukan, membaca novel akan meningkatkan konektivitas antarbagian di otak kita. Pemrosesan informasi pun menjadi lebih cepat dan akurat.

baca novel bikin lebih cerdas

Masih ingatkah Anda akan novel yang sangat Anda sukai? Alurnya? Logikanya? Kesannya? Beberapa penulis kelas dunia malah ada yang terinspirasi oleh novel. Sebut saja Stephen King, terinspirasi dari novel Lord of the Flies dan Joyce Carol Oates menunjuk Alice in Wonderland sebagai buku yang memengaruhinya. Sisi lain dari budaya membaca buku di era digital, bahkan bos Facebook Mark Zuckerberg menetapkan baca buku sebagai resolusi 2015 baginya.

Dari The Independent, sebuah penelitian di Emory University, Amerika Serikat (AS) menemukan, membaca novel berkualitas dapat memicu peningkatan konektivitas antarbagian di otak setidaknya selama lima hari setelah kegiatan membaca itu dilakukan. Bahkan melekatkannya ibarat kognisi dasar fisik yang menggerakkan otot, seperti perintah kepada kaki untuk berjalan.

Peningkatan konektivitas terutama terjadi di bagian korteks temporal kiri, area otak yang berhubungan dengan bahasa dan wilayah motorik sensorik.

Neuron di bagian ini diasosiasikan dengan penipuan terhadap pikiran bahwa berpikir melakukan sesuatu padahal tidak. Fenomena yang dikenal dengan Grounded Cognition, sebagai contoh, coba berpikir tentang berlari, dapat mengaktifkan neuron yang diasosiasikan dengan aktifitas fisik berlari.

“Perubahan neural yang kami temukan diasosiasikan dengan sensasi fisik dan sistem gerakan, bahwa ternyata membaca novel dapat membawa Anda ke dalam tubuh protagonis,” kata Ilmuwan Neuro Sains Professor Gregory Berns, kepala penelitian berjudul: ”Short- and Long-Term Effects of a Novel on Connectivity in the Brain” ini.

“Kami melihat bahwa novel berkualitas dapat menempatkan Anda pada posisi orang lain dalam arti kiasan. Sekarang kita melihat bahwa sesuatu mungkin juga terjadi secara biologis (di otak—red),” kata Berns.

Penelitian mengambil studi terhadap 21 siswa yang diminta membaca novel yang sama, Pompeii, sebuah cerita bergenre thriller karya Robert Harris yang diterbitkan pada 2003.

Salah satu bagian utama novel ini adalah ketika tokoh protagonis, yang berada di luar kota Pompeii, diberitahukan bahwa bencana sedang terjadi di kotanya. Banyak hal mengerikan dideskripsikan seolah membayang dalam benak sang protagonis. Prof. Berns mengatakan, “Ini menggambarkan peristiwa yang benar dengan cara yang fiksi dan dramatis. Itu penting bagi kami bahwa buku memiliki garis narasi yang kuat. ”

Selama 19 hari para siswa itu membaca sebagian dari buku di malam hari. Lalu harus melakukan fMRI scan keesokan harinya. Setelah buku selesai dibaca, otak mereka dipindai selama lima hari setelahnya.

Menariknya, perubahan neurologis yang ditemukan diprediksi tidak hanya untuk lima hari setelah menyelesaikan bacaan, tapi memberi pengaruh abadi. “Meskipun peserta tidak benar-benar membaca novel ketika mereka berada di pemindai, mereka mempertahankan konektivitas yang meningkat ini,” kata Prof Berns menambahkan. “Kami menyebutnya ‘aktivitas bayangan,’ ini bertindak mirip memory otot”.

Jadi, membaca novel sebenarnya sehat secara mental, selain memberikan kesenangan. Makanya tak heran jika mulai bertumbuhan komunitas membaca buku di Tanah Air, sebagian malah menganjurkan buku sebagai hadiah salah satunya komunitas Bookstart Indonesia.