Begini Cara Keuangan Sosial Islam Mengakhiri Kemiskinan

Keuangan social Islam sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), untuk mengakiri kemiskinan.

Panel kedua di hari kedua gelaran 8th AICIF, 25 November 2020 M/10 Rabiul Akhir 1442 H.  ini adalah: “Islamic Micro Finance and Sustainable Development Goals”. Pembicara pertama pada tema ini ialah Dr. Yurizal Djamaluddin Sanergo, M.Ec, dari Universitas Darusasalam Gontor (UNIDA)

Di awal pemaparannya, beliau membuka topik terkait Sustainable Development Goals (SDGs). Menurutnya, latar belakang SDGs: terinspirasi dari konsep Triple Bottom Line (TBL) atau dalam istilah lain disebut 3P (profit, people and planet). Tujuan pembangunan baru ini menegaskan kembali komitmen internasional untuk mengakhiri kemiskinan.

Ada empat pilar SDGs, yaitu: 1. Pembangunan Sosial, 2. Pembangunan Ekonomi, 3. Pembangunan Lingkungan, dan 4. Pembangunan Hukum dan Pemerintahan. SDGs akan mempengaruhi para praktisi untuk berkerja sama guna mencapai pembangunan berkelanjutan.

Sebelum SDGs, PBB memiliki Millenium Development Goals (MDGs). Beberapa agenda MDGs yang belum tercapai akan dilanjutkan dalam pelaksanaan pencapaian SDGs hingga tahun 2030. Beliau menyatakan ada beberapa perbaikan SDGs seperti: kerangka SDGs disusun menggunakan isu negara berkembang, perluasan sumber pendanaan, mengedepankan HAM dan inklusivitas, melibatkan semua pihak untuk berkontribusi, dan memiliki target untuk menyelesaikan semua tujuan (zero goal).

Selain itu, ia juga berpendapat bahwa beberapa inisiatif atau regulasi di Indonesia telah dirumuskan SDGs dalam rangka mempromosikan SDGs. Namun sekali lagi, “Semua inisiatif besar tidak bisa tercapai kecuali ada cara partisipatif atau inklusif dengan melibatkan semua pemangku kepentingan”, kata Sanrego menegaskan.

Berbicara tentang Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKM), ia menyatakan peran LKM penting untuk mendukung SDGs. Namun, Sanrego juga berpendapat bahwa karena LKM adalah pasar yang sepenuhnya berbasis, apa yang mereka lakukan hanyalah “membiayai kemiskinan” dan tidak ada hubungannya dengan mempromosikan pencapaian SDGs.

Masalah kemiskinan sangat terkait dengan inklusi sosial. Dan pendekatan yang dapat digunakan untuk mewujudkan inklusi sosial adalah melalui pemberdayaan masyarakat. Pendekatan ini mencakup perantara sosial dan perantara komersial. “Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan profitabilitas dan kebutuhan sosial untuk mengatasi kemiskinan di antara anggota masyarakat marjinal. Metode ini harus diadopsi di beberapa LKM”, kata Sanrego menjelaskan.

Ia menutup presentasinya dengan menyebutkan beberapa sambutan. Pertama, tujuan pemberdayaan masyarakat. Kedua, meningkatkan komitmen pemerintah untuk terlibat penuh dalam mewujudkan SDGs. Dan terakhir, diperlukannya pengembangan produk yang kreatif dan inovatif dalam kerangka “Paradigma Maslahah”.

Bukti Dampak LKMS terhadap Pembangunan
Sesi panel ke 2 ini diakhiri dengan pembicar dari Universitas Sains Islam Malaysia, Prof. Dr. Abdul Ghafar Ismail. Ia mengawali presentasinya dengan topik yang sama yaitu Susutainabale Development Goals (SDGs). Menurutnya SDGs merupakan sebuah kerangka tujuan yang ambisius dan juga membutuhkan upaya yang mencakup semua pihak dan membutuhkan kolaborasi dari semua pemangku kepentingan: pemerintah, lembaga, dan masyarakat. Ini sangat penting bagi negara-negara berkembang yang jauh di belakang target.

Lebih lanjut, ia melanjutkan presentasinya tentang Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS). Menurutnya, karakter LKMS yang bersifat sosial ekonomi dapat menciptakan upaya sinergis dalam pencapaian SDGs.

Dalam presentasinya, ia menampilkan data tentang pencapaian SDGs di negara-negara di dunia. Secara keseluruhan, hanya SDG no 1, 12, 13 yang telah tercapai. Sebagian besar negara muslim atau negara Organisation Kerjasama Islam (OKI) belum mencapai SDG no 1 (pengentasan kemiskinan). Ia berpendapat bahwa untuk mencapai dan menyukseskan SDGs, kita bisa mulai dengan menganalisis keselarasan rencana nasional (kebijakan moneter selaras dengan indikator SDG), termasuk peran LKMS.

Apa yang telah dilakukan LKMS? Menurutnya, LKMS telah membuktikan dampaknya terhadap pembangunan sosial-ekonomi, pemberdayaan perempuan, pengembangan sumber daya manusia dan modal sosial pedesaan, pengentasan kemiskinan, pengembangan pendidikan peminjam, pengembangan kewirausahaan dan UKM, kesehatan dan kesejahteraan, inovasi dan pengembangan produk baru, keberlanjutan finansial, dan keberlanjutan kelembagaan. Dampak tersebut sejalan dengan poin-poin dalam SDGs.

Selain itu, ia menekankan pentingnya mengetahui pelaporan kegiatan LKMS. Hal ini bertujuan untuk menilai dampaknya terhadap SDGs dan juga sebagai kebijakan intervensi pembangunan sosial ekonomi melalui LKMS. Ia mencontohkan beberapa kegiatan  yang berdampak pada SDGs melalui pembiayaan dan shadaqah.

Terakhir, karena latar belakang SDGs adalah konsep 3P, ia mengkritisi bahwa pandangan dunia SDGs hanya berfokus pada People (Manusia) dan Planet saja tetapi tidak melihat konteks Pencipta (Manusia) dan Planet (Allah SWT).

Kegiatan ini dilakukan secara daring via Zoom Cloud Meeting dan ditayangkan secara live YouTube Tazkia TV. Panel ini dimulai pada pukul 13.00 WIB dan berakhir pada pukul 14.30 WIB secara daring via Zoom Cloud Meeting dan ditayangkan secara live YouTube Tazkia TV.