Salah satu potret UKM di Bangladesh/Sumber: worldbank.org

Bisnis Sosial ala Grameen Bank

[sc name="adsensepostbottom"]

Banyak orang menganggapnya sama, tetapi menurut Yunus kedua hal itu berbeda. Dalam buku Building Social Business yang ditulisnya, Yunus mengatakan kewirausahaan sosial terkait dengan pribadi, menggambarkan prakarsa dengan konsekuensi sosial yang diciptakan wirausaha yang punya visi sosial. Prakarsa itu bisa berupa prakarsa nonekonomi, amal atau bisnis dengan atau tanpa keuntungan untuk diri sendiri. Ada pula kewirausahaan sosial yang menempatkan proyek di LSM atau kegiatan peraihan laba. Sementara, bisnis sosial sangat spesifik yaitu tanpa rugi tanpa dividen yang memiliki tujuan sosial.

Pertanyaan selanjutnya, bagaimana membentuk dan mengawali bisnis sosial? Kuncinya adalah percaya dengan apa yang anda lakukan dan kreativitas. Masalah dana? It will come to you. No need to worry. Menurut Yunus, suatu ide bisnis sosial yang dimiliki oleh seseorang akan menarik investor dengan sendirinya.

Salah satu potret UKM di Bangladesh/Sumber: worldbank.org
Salah satu potret UKM di Bangladesh/Sumber: worldbank.org

Dalam membangun bisnis sosial itu pastinya tidak langsung sukses dalam sekejap. Ada proses dan kegagalan di sana, tetapi itu menjadi proses pembelajaran. Skill harus terus menerus diasah. Untuk memecahkan masalah sosial pun tidak perlu menunggu inisiatif pemerintah, karena kita punya kapabiliti untuk memecahkan masalah. “Look around, ketika ada problem mungkin bisnis sosial bisa masuk,” cetus Yunus.

Dari hasil observasinya, kemiskinan yang terjadi di dunia adalah karena faktor eksternal dan sistem yang berlangsung di sekitar kaum miskin sehingga mereka kurang mendapat kesempatan untuk berkembang. Yunus menuturkan untuk mengubah sistem yang kurang berpihak dengan kaum miskin adalah dengan melakukan hal yang berlawanan dengan sistem.