KAHMI : Perekonomian Indonesia 2018 Akan Mengalami Turbulensi Dashyat

[sc name="adsensepostbottom"]

“Jika tak terkendali dapat berdampak hengkangnya investor yang memang sudah cemas menghadapi tahun politik 2018-2019,” papar Kamrussamad Presidium Majelis Nasional KAHMI.

Memasuki tahun 2018 menjadi tantangan tersendiri bagi dunia usaha. Optimisme menangkap peluang pertumbuhan ekonomi membutuhkan kejelian di tengah tahun politik.

Presidium Majelis Nasional KAHMI yang juga Ketua BPP Himpunan Pengusaha KAHMI (Hipka) Kamrussamad menjelaskan di sela peluncuran Pogram GARUDA (Gerakan Wirausaha Berdaya), di Madiun, Jawa Timur, Sabtu (16/12), “Proyeksi ekonomi Indonesia 2018 berpotensi turbulensi jika pilkada serentak tidak dapat dikendalikan dan diamankan dengan baik.”

“Jika tak terkendali dapat berdampak hengkangnya investor yang memang sudah cemas menghadapi tahun politik 2018-2019,” papar Kamrussamad

Lanjut Kamrussamad menjelaskan “Salah satu indikator kecemasan adalah tingkat kemiskinan mengalami kenaikan Data BPS Maret 2017 1,83 persen  menjadi 27,771 juta orang yang terbagi 10,670 juta orang berada di kota dan 17,101 juta orang berada di pedesaan.”

Kemiskinan ini meningkat karena diakibatkan oleh dua hal yaitu angka pengangguran semakin meningkat, tercatat angkatan kerja indonesia 131 juta sedangkan teeserap 124 juta orang dan juga jika dibandingkan pertumbuhan angkatan kerja 3 juta per tahun sementara daya serap 150 ribu orang per tahun.Faktor kedua yang berpotensi meningkatkan kemiskinan adalah ketimpangan ekonomi indeks rasio gini 2017 secara nasional sebesar 0.40-0.41 sedangkan rasio gini utk daerah sebesar 0.33-0.41.” Ungkap dia.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2017 saat ini hanya berada di sekitar 5,0 persen dengan skala prioritas kebijakan pembangunan infrastruktur nasional dinilai belum mampu menggerakan perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan rakyat secara maksimal.

“Optimisme pertumbuhan ekonomi Indonesia juga terlihat dari proyeksi Bank Dunia. Tahun 2018,Dimana Bank Dunia memproyeksikan ekonomi Indonesia dapat tumbuh 5,3 persen. Angka itu lebih tinggi dari proyeksi 2017 yang sebesar 5,1 persen. Proyeksi tersebut ditopang oleh membaiknya konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor.” Ujar Kamrussamad

Selain pertumbuhan ekonomi yang masih optimistis, statistik perbankan Indonesia juga  mencatat nilai kredit pembiayaan masih cukup tinggi, yakni Rp 26,87 triliun. Kondisi ini mampu mendorong dunia usaha kembali menggeliat.

”Di sisi lain, butuh sumber daya manusia yang berkualitas dalam mengantisipasi perubahan dunia yang cepat di era digitalisasi saat ini,” ujar Kamrussamad, yang juga pengurus Majelis Nasional KAHMI periode 2017-2022.