kepentingan ekonomi indonesia di tumur tengah
Demo dukung Palestina di Aceh. Peran Indonesia di Timur Tengah banyak dilakukan oleh masyarakat sipilnya. Foto: humas.acehprov.go.id

Kepentingan Ekonomi Indonesia di Timur Tengah

 Kita tidak memiliki cetak biru ekonomi politik luar negeri untuk kawasan Timur Tengah. Padahal, ini penting untuk kepentingan ekonomi Indonesia di Timur Tengah.

kepentingan ekonomi indonesia di tumur tengah
Demo dukung Palestina di Aceh. Peran Indonesia di Timur Tengah banyak dilakukan oleh masyarakat sipilnya. Foto: humas.acehprov.go.id

Apalagi, dengan berkembangnya demokratisasi di Timur Tengah yang kemudian dikenal dengan gerakan Arab Spring. Mestinya Indonesia aktif mengambil peran lebih besar di kawasan ini untuk kepentingan ekonomi dan politik bangsa ini. Baca juga: Politik Luar Negeri SBY Dianggap Berhasil.

Itulah pandangan Prof. Dr. Hikmahanto Juwana, SH., LL.M., guru besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) pada Kuliah Umum “Peran Politik dan Ekonomi Indonesia di Dunia Internasional Khususnya Timur Tengah” yang diadakan oleh Program Pascasarjana Universitas Indonesia Pusat Studi Timur Tengah dan Islam (PPS UI – PSTTI) pada di Kampus UI, Salemba, Jakarta (3/9). Prof. Hik, begitu ahli hukum internasional ini biasa disapa merekomendasikan tiga hal yang dapat dipertimbangkan dalam pembuatan kebijakan ekonomi Indonesia untuk kawasan Timur Tengah.

Pertama, “Kita punya utang budi kepada Timur Tengah, misalnya Mesir yang mengakui kedaulatan kita pada 1947”, kata Prof Hik. Dengan pengakuan kedaulatan Indonesia dua tahun setelah proklamasi kemerdekaan itu, agresi militer Belanda terhadap Indonesia tidak bisa dibenarkan karena sudah ada negara berdaulat yaitu Mesir yang mengakui kedaulatan Indonesia. Intinya, “Mesir tutur membantu dalam revolusi kemerdekaan kita dan itu tidak terbayarkan dengan uang”, kata Prof. Hik. Nah, ditambahkan Prof. Hik, sudah semestinya kita juga lebih aktif berperan dalam proses perdamaian pada konflik-konflik di Timur Tengah, seperti di Palestina, Irak, dan lainnya.

Kedua, dikatakannya, “Kita seharusnya bisa lebih banyak memanfaatkan Timur Tengah untuk ekonomi Indonesia, lebih dari sekadar mengirim tenaga kerja Indonesia (TKI).

Ketiga, bagaimana Indonesia dapat membangun solidaritas global untuk menciptakan dunia yang lebih adil. Menurutnya, “Dunia ini dikuasasi oleh negara maju baik itu sistem ekonomi, politik, hingga budayanya”.

Satu contoh bagaimana kawasan Timur Tengah ini penting bagi negara-negara di dunia adalah ketiga perang teluk pertama, yaitu ketika Irak menginvasi Kuwait. Karena pembelaan internasional, khususnya Amerika Serikat dan sekutunya, akhirnya Kuwait terbebaskan dari Irak. Salah satu negara yang membaca peluang untuk berperan lebih besar di Kuwait adalah Jepang. Menurut Prof. Hik, Jepang ingin masuk ke Kuwait yang baru akan memperbaiki infrastrukturnya pasca perang. Gampangnya, Jepang mau mengambil proyek-proyek di sana. Namun, Jepang tidak berani karena tahu diri, tidak banyak berperan sebelumnya untuk pembebasan Kuwait. Ketika AS meminta Jepang juga ikut mengirimkan tentaranya untuk membebaskan Kuwait, Jepang menolak karena konstitusinya melarang itu.

Di lain waktu dan lain kawasan, Jepang pernah mengambil keuntungan dengan banyak membantu Pemerintah Vietnam membangun negerinya pasca perang Vietnam. Amerika Serikat pun, menurut Prof. Hik sempat tidak suka dengan peran Jepang ini. Nah, dari seluruh fenomena itulah, Jepang legowo batal masuk ke Kuwait untuk mengambil keuntungan dari proyek-proyek infrastruktur di sana.

Sementara, kata Prof. Hik, “Indonesia memiliki peluang untuk masuk Timur Tengah, karena kita tidak ada masalah dengan Timur Tengah dan mayoritas penduduk kita Islam”.

Bagaimana dengan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) kita? Menurut Prof. Hik, dari interaksinya dengan Kemlu, mereka sudah disibukkan dengan urusan rutinitas. Sehingga, tidak sempat membuat cetak biru kebijakan politik dan ekonomi kita di Timur Tengah. Oleh karena itulah, akademisi dapat lebih berperan untuk membuat kajiannya dan rekomendasinya kepada negara.